Mungkin selama ini tak banyak yang tahu kalau Hitler sering mengadakan konser pribadi di tempat tinggalnya di Obersalzberg.
Ernst Hanfstaengl, merupakan pianis yang sering memainkan lagu untuk Hitler.
Anak dari Franz Hanfstaengl, pengusaha penerbitan di Jerman dan Amerika Serikat ini pernah menempuh pendidikan di Universitas Harvard, bahkan berteman dengan Franklin D. Roosevelt.
Hanya saja kemudian terjadi keretakan hubungan antara Ernst dan Hitler.
Singkat cerita, Ernst sang pianis favorit Hitler ini pada akhirnya digantikan tugasnya oleh seorang pria bernama Abu Bakar.
Ernst mungkin teman dekat Hitler, tapi kalau dalam musik Abu Bakar mampu mengalahkan kepiawaian Ernst.
Horst H. Geerken, dalam bukunya Jejak Hitler di Indonesia (2016) menyebutkan bahwa seorang Hindia Belanda (Bogor) bernama Abu Bakar yang menggantikan Ernst sebagai pianis. Geerken menyebutkan ia mendapat info tersebut dari seorang wartawan Kompas yang menekuni sejarah bernama Iwan Ong. Iwan Ong inilah yang kemudian menceritakan soal sosok Abu Bakar.
Sekitar tahun 90an, Iwan dan ibunya berniat membeli rumah di Bogor. Sebuah rumah yang terletak di Jalan Raya Bogor ditawarkan padanya. Rumah itu rupanya milik Abu Bakar yang saat itu berusia 80 tahun yang mengajar les piano dan biola.
Geerken kemudian menggambarkan keadaan rumah tersebut “Tembok rumahnya tertutup oleh foto-foto dari guntingan koran berbahasa Jerman dan Indonesia yang memperlihatkan Abu Bakar sedang memainkan piano dengan Hitler dan coleganya dan Eva Braun di dekatnya”
Meskipun Iwan tak jadi membeli rumah Abu Bakar karena Abu Bakar tak mau melepas pada penawaran yang diajukan oleh Iwan, Iwan mendapat kisah yang menarik dari Abu Bakar terkait pengalamannya yang pernah tinggal di Jerman pada tahun 1937.
Abu Bakar menceritakan sering menghibur Hitler dan Eva Brain serta sahabat-sahabat mereka secara rutin saat itu. Sementara Abu Bakar memainkan musik pada petang hari, Hitler dan istrinya tersebut akan menikmatinya dengan bersantai. Mengenai bagaimana Abu Bakar bisa sampai ke Jerman, belum ditemukan jawaban yang pasti. Ada dugaan sosok penggemar musik klasik bernama Walther Hewel yang mengatur Abu Bakar bisa sampai di Jerman.
Apakah Abu Bakar jadi kaya raya dengan jasanya memainkan musik untuk Hitler dan istrinya? Tampaknya tidak, tapi Abu Bakar mendapat keuntungan lain. Namun masa-masa berada dekat Hitler dan kalangan elitenya membuat dia banyak dihormati para pejabat Nazi.
Tahun 1950 Abu Bakar kembali ke Indonesia dan menetap di Bogor. Kisah-kisahnya tentang Hitler dan Obersalzberg selalu diterima baik oleh para ekspatriat. Sepanjang hayatnya ia tak pernah menikah. Rumah yang ia tinggali kemudian dijual pada tahun 1994. Setelah itu jejak Abu Bakar tak pernah ditemukan lagi.
Hal yang mungkin menjadi misteri soal Abu Bakar selanjutnya adalah bagaimana ia bisa lolos dari maut.
Diceritakan ia berhasil pulang ke Indonesia pada tahun 50, padahal Jerman di masa itu dan sebelumnya tengah dalam kondisi terpuruk akibat kalah melawan sekutu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar