Sampai dengan tahun 1960-an, di Jatinegara ada kampung bernama Rawa Bangke. Nama Rawa Bangke yang terkesan seram tak ada lagi. Mungkin supaya terdengar lebih manis, nama kampung itu telah berganti menjadi Rawa Bunga.
Menurut cerita rakyat Betawi, nama itu berasal dari zaman penjajahan Inggris ketika pasukan Inggris berusaha merebut Batavia dari tangan Belanda tahun 1811.
Dalam pertempuran sengit di daerah Jatinegara yang waktu itu masih bernama Meester Cornelis, banyak tentara Inggris meninggal. Mayat-mayat atau bangkai mereka terlihat bergelimpangan di rawa. Warga sekitar lantas menyebut rawa itu dengan nama Rawa Bangke.
Versi lain menyebut Rawa Bangke berasal dari masa abad ke-18 Masehi.
Daerah rawa itu diberi nama demikian setelah disana banyak ditemukan mayat orang cina pemberontak yang jadi korban pembantaian pasukan Belanda.
Catatan sejarah menyebutkan sekitar 10.000 warga Batavia keturunan cina tewas dalam aksi pembunuhan besar-besaran yang terjadi pada Oktober 1740 itu.
Nasib kampung Jaga Monyet sama. Kampung yang pernah ada di daerah Petojo, Jakarta Pusat, kini juga sudah raib dari peta Jakarta. Jalan yang dulu bernama Jalan Jaga Monyet pun sudah berganti menjadi Jalan Suryopranoto.
Nama tempat atau toponim kampung Jaga Monyet muncul pada zaman VOC, antara abad ke-17 dan 18 Masehi. Pada masa itu disana terdapat benteng yang dibangun Belanda dengan tujuan untuk menangkal serangan pasukan Kesultanan Banten dari arah Grogol dan Tangerang. Kabarnya, kalau sedang tak ada serangan musuh, para serdadu disana lebih banyak menganggur. Karena kurang kerjaan, sehari-hari mereka cuma mengawasi kawanan monyet yang banyak berkeliaran didalam benteng yang pada masa itu masih dikelilingi hutan belantara. Dari kondisi itulah nama kampung Jaga Monyet kemudian muncul.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar