09 Juni 2020

Pangeran Papak

Tak ada hal yang unik di wilayah Kelapa Gading, termasuk pula kehidupan masyarakat Kelapa Gading tempo dulu selain mencari ikan. Kelapa Gading dulunya merupakan hamparan rawa yang luas dan bernama Rawa Kucing. Selain mencari ikan, masyarakat juga bertani karena selain rawa, di daerah Kelapa Gading sampai Pegangsaan ditanami padi. 

Satu hal yang unik di Kelapa Gading terdapat kuburan Pangeran Papak, yang lokasinya persis sebelum masuk perempatan Boulevard, Pulomas, Jalan Perintis Kemerdekaan. 

Selain kuburan Pangeran Papak, juga terdapat kuburan Kuwu (sekretaris desa) Pulogadung. 

Pangeran Papak ini adalah salah satu Menak Pajajaran pasca Prabu Siliwangi yang tidak mundur ke Garut. Uniknya di Garut ada kuburannya juga. Tak hanya itu, kuburannya juga ada di Cirebon. Jadi Pangeran Papak ini memiliki tiga kuburan, yaitu di Garut, Cirebon dan Kelapa Gading. 

Pangeran Papak membina semangat penduduk Pajajaran setelah kejatuhan Pelabuhan Kalapa oleh Fatahilah. Dalam Wawacan Aji Mantri Pusaka Sunda, Pangeran Papak merupakan pemimpin gerilya politik untuk fight back terhadap Fatahilah. Karena itu orang-orang tua zaman dulu sangat menghormati Pangeran Papak. 

Kuburan Pangeran Papak selama ini tersembunyi karena disepanjang Jalan Raya Perintis Kemerdekaan banyak pedagang kayu-kayu bekas, sehingga tertutup. 

Ketika hendak diadakan pelebaran jalan di Jalan Perintis Kemerdekaan, makamnya mau digusur. Namun tanpa diduga, datang puluhan ribu orang mengepung buldozer dan alat berat lainnya. Puluhan ribu orang itu tak jelas dari mana asalnya. Akhirnya penggusuran pun urung dilaksanakan. Petugas yang hendak mengeksekusi pun kabur. Akhirnya Pemda DKI menjadikan daerah pekuburan itu sebagai taman. Orang Betawi pun meyakini kalau di taman itulah jasad Pangeran Papak dimakamkan. 

Sampai saat ini, banyak orang yang mengklaim sebagai keturunan Pangeran Papak, baik orang Cirebon, Garut maupun orang Betawi. Satu keunikan lainnya, bagi mereka yang mengklaim keturunan Pangeran Papak, memiliki bentuk di kukunya bergaris-garis seperti kikir. 



Tidak ada komentar:

Posting Komentar