08 Juni 2020

HILAL DI LANGIT BETAWI

Wilayah Betawi adalah dataran yang tidak berbukit dan tidak bergunung. Ketinggian tanahnya sampai hari ini berkisar antara 0 m sampai 50 m diatas permukaan laut, bahkan di beberapa tempat di utara, ada yang berada dibawah permukaan laut. Sebelum tahun 60-an, tidak terlalu banyak bangunan bertingkat tinggi. Masih banyak wilayah pandangan ke arah ufuk barat atau ke arah matahari tenggelam tidak terhalang oleh apapun. Dengan topografi seperti itu, ditambah dengan atmosfher yang bersih dan belum begitu tercemar polusi udara maupun cahaya, jelas sangat memenuhi syarat sebagai tempat yang strategis melakukan rukyatul hilal. Hal inilah yang membuat beberapa Ulama dan Habaib Betawi yang ahli di bidang ilmu falak membangun beberapa tempat untuk rukyatul hilal. Orang Betawi menyebutnya tempat ngeker bulan. Bahkan sampai hari ini, beberapa tempat masih diakui hasil rukyatnya oleh Badan Hisab Rukyat (BHR) DKI Jakarta, seperti menara Masjid AlHusna Cakung, menara Masjid AlMakmur Klender dan menara Masjid AlMusyari`in Besmol. 

Jika dilihat dari sebaran tempat ngeker bulannya orang Betawi, maka dapat dibagi dua kategori wilayah Betawi, yaitu wilayah timur dan wilayah barat. Untuk wilayah barat Betawi terdapat dua tempat rukyatul hilal yang memiliki sejarahnya sendiri seperti menara Masjid AlManshur Sawah Lio, Jembatan Lima dan menara Masjid AlMusyari`in, Besmol. 

Masjid AlManshur didirikan pada tahun 1717 oleh Abdul Muhid, anak dari Tumenggung Tjakra Jaya, bangsawan dari Kerajaan Mataram. Sedangkan menaranya dibangun pada sekitar tahun 50-an oleh cicitnya, Guru Manshur, yang merupakan ahli falak Betawi ternama, pengarang kitab Sullam an-Nayyirain, kitab ilmu falak yang berpengaruh dan dijadikan salah satu rujukan sampai hari ini. Dari menara inilah Guru Manshur melakukan rukyatul hilal. Dikarenakan beliau sendiri menganut faham hisab (perhitungan) dengan kriteria wujudul hilal, sehingga kegiatan rukyatul hilal hanya sekedar untuk membuktikan hisab yang dilakukannya. Namun seiring perjalanan waktu, daerah Sawah Lio, Jembatan Lima, telah banyak bangunan bertingkat yang mengelilingi menara Masjid, bahkan ada yang mengalahkan ketinggian menara itu sendiri sehingga membuat pandangan ke arah ufuk barat menjadi terhalang. Akhirnya menara Masjid AlManshur ditutup untuk kegiatan rukyatul hilal. 

Untuk keberadaan tempat rukyatul hilal di menara Masjid AlMusyari`in, Besmol, tidak terlepas dari kiprah dan keterlibatan Habib Utsman Bin Yahya, Mufti Betawi. Sebagai seorang Mufti yang menguasai berbagai bidang ilmu, termasuk ilmu falak. Pada waktu itu beliau melihat di sebelah barat Betawi terdapat dataran tinggi yang dikenal dengan nama Pisalo atau Besmol yang tingginya sampai hari ini tidak pernah kebanjiran. Pada waktu itu daerah Besmol hampir seluruhnya digunakan sebagai area persawahan dengan cuaca dan pemandangan ke arah ufuk barat yang sangat baik dan memenuhi syarat untuk dijadikan tempat rukyatul hilal. Karena itulah Habib Utsman terpikat dan menjadikan Besmol sebagai tempat untuk melakukan rukyatul hilal. Sepeninggalan Habib Utsman yang wafat pada tahun 1913, Besmol tidaklah redup sebagai tempat favorit masyarakat Betawi untuk ngeker bulan. Ulama yang kemudian menggantikan posisi Habib Utsman adalah KH. Abdul Majid atau Guru Majid, salah satu dari enam guru Betawi. Seperti Habib Utsman, Guru Majid juga lahir di Pekojan. Ketika Habib Utsman wafat, beliau berumur 26 tahun. Guru Majid merupakan alumni Makkah dan terkenal kedalaman ilmunya di bidang tasawuf, tafsir dan yang paling dikenal di bidang ilmu falak. Begitu terpikatnya dengan daerah Besmol, beliau bahkan ketika mau wafatnya meminta agar jenazahnya dikuburkan di tempat ini. Sekarang makam beliau berada tepat di depan Masjid Al-Musyari`in, Besmol. Seiring dengan waktu, pemandangan di Besmol ke arah ufuk barat mulai terhalang oleh bangunan. Terlebih sawah lapang yang dijadikan tempat rukyatul hilal dijadikan lintasan kali yang cukup lebar. Dikarenakan tidak lagi memungkinkan, menurut KH. Ahmad Syarifuddin Abdul Ghani, tokoh dan penerus rukyatul hilal Besmol, pada tahun 1991, tempat rukyatul hilal dipindah ke Masjid Al-Musyari`in yang berjarak hanya beberapa meter dibelakang tempat yang lama. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar