31 Oktober 2020

apa itu PUNK???

Punk adalah ideologi hidup mencakup aspek sosial dan politik yang lahir di London, Inggris. Gerakan anak-anak kelas pekerja yang mengalami masalah ekonomi karena dipicu oleh kemerosotan moral para tokoh politik sehingga tingkat pengangguran dan kriminalitas tinggi. 
Punk menyindir para penguasa dengan musik yang sederhana, lirik yang kasar, beat yang cepat dan menghentak. 
Banyak yang menyalah artikan Punk sebagai Glue Sniffer dan perusuh karena di Inggris pernah terjadi wabah penggunaan lem berbau tajam untuk mengganti bir yang tak terbeli oleh mereka. Banyak pula yang merusak citra Punk karena berkeliaran di jalan dan melakukan berbagai tindak kriminal. 

Punk lebih dikenal dengan fashion yang dikenakan dan tingkah laku seperti potongan rambut mohawk ala suku indian yang diwarnai terang, sepatu boots, rantai dan spike, jaket kulit, celana jeans ketat dan baju yang lusuh, anti kemapanan. Punk juga merupakan sebuah gerakan perlawanan anak muda yang berlandaskan dari keyakinan "we can do it ourselves" atau Do it Your self (DIY) 

27 Oktober 2020

Guru Marzuki bin Mirshod Cipinang Muara

Bismillahirrohmanirrohiim 
Minta maaf minta ridho 

Saya coba tulis kembali sebuah biografi Tuan Guru Marzuqi bin Mirshod, gurunya ulama Betawi. 
Tidak lebih tidak kurang hanya untuk memperkenalkan ke generasi sekarang tentang Guru yang sangat berpengaruh di Betawi dan untuk kita bersama-sama lebih bersemangat lagi dalam mempelajari ilmu agama. 

Sebuah biografi singkat seorang ulama Jakarta atau Betawi dari akhir abad ke-19 dan awal abad ke-20. 
Masyarakat Betawi biasa menyebut beliau dengan sebutan "Guru Marzuqi" 
Yang membedakan beliau dengan sebutan mu'alim dan ustadz meskipun dalam beberapa tulisan terkadang disebut dengan Kiai Marzuqi. 

'Guru' adalah level tertinggi dalam derajat keulamaan di kalangan masyarakat Betawi atau Jakarta tempo dulu.

Guru Marzuqi termasuk "enam guru" atau "the six teachers" dari para ulama Betawi dari akhir abad ke-19 hingga awal dan pertengahan abad ke-20. 
Keenam Guru tersebut adalah : 
1. Guru mansur Jembatan Lima 
2. Guru Majid Pekojan 
3. Guru Kholid Gondangdia 
4. Guru Romli menteng 
5. Guru Mughni Kuningan 
6. Guru Marzuqi Cipinang Muara 

Dari keenam Guru tersebut di atas bisa dikatakan Guru Marzuki termasuk ulama yang relatif lebih banyak menuliskan pemikirannya dalam bentuk kitab atau risalah dibanding dengan ulama lainnya. 
Memang karya tulis Guru Mansur lebih banyak dari Guru Marzuqi. 
Namun jika dilihat dari daftar murid-murid yang ditunjukkan dalam silsilah guru-murid maka murid-murid dari Guru Marzuqi adalah yang paling banyak menjadi ulama dibanding dengan Guru Mansur.

Nama lengkap beliau sebagaimana tertulis dalam karya-karyanya adalah Ahmad Marzuqi bin Mirshod. 
Adapun namanya yang lebih lengkap tersebut dalam riwayat hidup yang ditulis oleh anak beliau Muhammad Baqir bin Guru Marzuqi yakni Ahmad al-Marzuqi bin al-Mirsad bin Hasnum bin Khatib Sa'ad bin Abd al-Rahman bin al-Sultan al-Mulaqab bi Laqsana Malayang yang merupakan salah seorang sultan Melayu di Negeri Pattani Thailand Selatan. 
Jadi dari sisi ayah, Guru Marzuqi masih mempunyai darah keturunan bangsawan Melayu Pattani. 
Adapun ibunya bernama al-Hajah Fatimah binti almarhum al-haj Syihab al-din bin Magrabi al-Maduri yang berasal dari pulau Madura keturunan Maulana Ishaq Gresik Jawa Timur. 
Adapun kakek dari ibunya yakni Syihab al-din adalah seorang khatib di Masjid Jami' al-Anwar Rawa Bangke (Rawa Bunga) Jatinegara Jakarta Timur. 
Dalam karya-karyanya, Guru Marzuqi biasa menambahkan dengan kata 'Muara' sehingga menjadi Ahmad Marzuqi Muara, yang maksudnya adalah Cipinang Muara dan itulah yang menjadi cikal bakal daerah yang disebut Cipinang Muara. 
Maksud Muara adalah sebuah tempat bermuaranya orang-orang yang belajar ilmu agama. Tempat itu adalah tempat dimana Guru Marzuqi mengajar. 
 
Guru Marzuqi dilahirkan pada malam Ahad (Minggu) di kediaman ayahnya, Rawa Bunga Jatinegara pada 16 Ramadhan 1293 H (5 Oktober 1877 M). 
Sejak umur sembilan tahun Guru Marzuki ditinggal wafat sang ayah yang kemudian hanya diasuh oleh ibunya dalam suatu kehidupan yang sederhana. 
Setelah berumur 12 tahun, ibunya mengirimkan Marzuqi kecil untuk belajar Alqur'an dan dasar-dasar ilmu agama pada seorang ustadz yang bernama Anwar. 
Baru pada umur 16 tahun, Guru Marzuqi diserahkan kepada ulama yang bernama Sayyid Usman bin Muhammad Banahsan 

Dari karya-karyanya di bidang teologi, terungkap bahwa Guru Marzuqi berdiri di antara 'disiplin dalam beragama' dengan toleransi kepada sesama Muslim. 
Secara individual, Guru Marzuqi menekankan kedisiplinan dalam akidah dan ibadah. Namun dalam konteks relasi sosial sesama Muslim, Guru Marzuqi mengedepankan toleransi. Terbukti dari pandangan yang hati-hati dalam memberi penilaian kafir. Pengungkapan pemikiran Guru Marzuki dapat menyumbangkan khazanah intelektual mengenai persoalan kafir yang hingga kini menjadi isu yang selalu muncul di Indonesia. Pemikiran Guru Marzuqi memberikan kontribusi bagi sejarah pemikiran Islam moderat di Indonesia.

Atas permintaan Sayyid Usman bin Muhammad Banahsan, Guru Marzuki atas persetujuan ibunya pergi ke Mekah untuk beribadah haji dan menuntut ilmu agama layaknya ulama Jawi (Nusantara-Indonesia) pada masa itu. 
Ia berangkat menuju Mekah pada tahun 1325 H (1907/8M). 
Marzuqi muda pulang kembali ke Jakarta pada 1332 H (1913/14 M) dan diminta oleh gurunya Sayyid Usman bin Muhammad Banahsan untuk menggantikannya mengajar ilmu agama di Masjid Jami' al-Anwar Rawa Bangke (Rawa Bunga) Jatinegara hingga gurunya wafat. 
Kemudian dalam catatan riwayat yang ditulis oleh Muhammad Baqir bin Guru Marzuqi, Guru Marzuqi pindah ke Kampung Muara atau yang lebih dikenal dengan Cipinang Muara pada tahun 1340 H (1921/22 M). 
Hal ini disebabkan keadaan di Rawa Bunga sudah tidak memungkinkan lagi untuk tempat belajar dan mengajar agama karena lingkungannya sudah rusak. 
Tidak jelas benar apa yang dimaksud dengan "lingkungan yang sudah rusak" ini? 
Namun tampaknya yang dimaksud adalah sudah rusak dalam konteks moralitasnya sebab dalam riwayat Guru Marzuqi disebutkan bahwa ketika Guru Marzuqi memutuskan pindah ke Muara, kondisi Rawa Bunga sudah tidak lagi kondusif untuk belajar para santri yang dapat mengganggu psikologi belajarnya.

Di Kampung Muara inilah yang sekarang menjadi wilayah Cipinang Muara, Guru Marzuqi mengajar dan menulis kitab. 
Banyak murid dari berbagai wilayah di sekitar Jakarta (Batavia) berdatangan untuk belajar kepadanya. Begitu juga banyak penduduk setempat yang memeluk agama Islam karena dakwahnya. Banyak pula murid-muridnya yang menjadi ulama terkenal. 
Dalam banyak karyanya ia selalu menuliskan bahwa ia berasal dari Kampung Muara. Hingga saat ini masjid yang awalnya dibangun oleh beliau masih berdiri.

Guru Marzuqi juga mempelajari tasawuf dan memperoleh ijazah untuk menyebarkan tarekat 'Alawiyyah dari Syaikh Muhammad Umar Syata yang memperoleh silsilah tarekatnya dari Syaikh Ahmad Zaini Dahlan. Ia juga mendapatkan ijazah tarekat Khalwatiyah dari Syaikh Usman bin Hasan al-Dimyati. 
Tarekat 'Alawiyyah ini merupakan tarekat sufi tertua di Indonesia. 
Tarekat ini cukup populer di Hadramaut yang merupakan daerah asal para pendakwah yang membawanya ke Asia Tenggara. 
Di Indonesia, tarekat ini tidak mengenakan pakaian khusus, tidak pula menetapkan syaikh tertentu. 
Praktik yang dilakukan hanya berupa bacaan rawatib (bacaan rutin sehabis salat wajib 5 waktu) yang diwarisi secara turun temurun sejak Rosululloh dan Sahabatnya. 
Para pemukanya juga tidak menetapkan syarat-syarat atau kaidah tertentu selain mendorong untuk selalu membaca rawatib dan wirid-wirid.

Guru Marzuqi wafat pada 25 Rajab 1352 H (Senin 13 November 1934 M) dan dimakamkan berdekatan dengan komplek Masjid Al-Marzuqiyah di kawasan Cipinang Muara sekarang. 
Beliau meninggalkan tiga orang istri dan sembilan orang putra serta sembilan orang putri. 
Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (NU) memberikan penghargaan kepada beliau karena telah ikut mendirikan NU di Batavia/Jakarta pada tahun 1928 dan beliau juga menjadi Rais Syuriah hingga wafat. 

Guru Marzuqi memiliki banyak murid yang menjadi ulama terkenal terutama yang berada di lingkungan masyarakat Betawi. 
Sebagaimana dalam keterangan yang dibuat oleh Muhammad Baqir bin Guru Marzuqi setidaknya ada 70 murid yang pernah belajar kepada Guru Marzuqi yang kemudian menjadi ulama. 
Beberapa nama ulama yang cukup dikenal oleh masyarakat Betawi di Jakarta maupun Bekasi adalah KH Noer Ali Bekasi, KH Abdullah Syafi'i, KH Thohir Rohili, KH Hasbiyallah Klender, KH Ahmad Zayadi pendiri pondok pesantren Azziyadah serta ulama lainnya. 

Tidak heran bila beliau dijuluki sebagai "gurunya ulama Betawi" 

Jalur Sutra

Jalur Sutra adalah jalur perdagangan yang menghubungkan para pedagang di belahan bumi timur dan barat benua Asia, Eropa dan bangsa Romawi, Persia, India dan Arab yang berkelana mencari sutra dari Cina. Dinamakan Jalur Sutra karena pedagang, pengelana, biarawan, prajurit dan orang yang suka berpindah tempat (nomaden) menyusuri jalan setapak yang ramai dikala itu dengan menjual barang-barang dari daerah Barat dan daerah Timur. Jalur Sutra menghubungkan negara Cina dengan dunia Barat, dimana Sutra dari Cina sangat terkenal sebagai komoditas berharga diwaktu itu, sehingga banyak pedagang dari Barat yang mencari Sutra ke negeri Cina. 
Istilah Jalur Sutra pertama diperkenalkan oleh seorang geografer Jerman, Ferdinand von Richthofen, pada abad ke 19. Sebab para pedagang yang menginginkan barang dagangan yang terbanyak adalah Sutra dari Cina. Jalur Sutra dibuka dan dijaga oleh dinasti Han. 

Rute Jalur sutra : 
1. Cina Utara : dimulai dari kota Changan, membentang sampai Bulgar-Kipchak ke Eropa Timur dan Semenanjung Crimea, dari sana menuju ke Laut Hitam, Laut Marmara dan Balkan ke Venezia. 
2. Cina Selatan : dimulai dari kota Changan, membentang sampai Turkestan-Khorasan menuju Mesopotamia dan Anatolia, kemudian ke Antiokia di Selatan Anatolia menuju ke Laut Tengah atau melalui Levant ke Mesir dan Afrika Utara. 

Panjang Jalur Sutra kurang lebih 7000 km. Para pedagang di waktu itu sangat rentan sekali dengan perampokan, sehingga para pedagang dari beberapa negara menyewa pasukan khusus. Pasukan pengamanan dari beberapa negara seperti Persia, Romawi, India dan Cina semakin lama semakin menjadi banyak dengan membawa unta, kuda, keledai dan chart khusus supaya mereka dapat mengangkut hasil dagangan dan dijual kembali di negaranya masing-masing. Perjalanan di Jalur Sutra memang sangat berbahaya jika tidak didampingi oleh pasukan pengamanan khusus, para pedagang sering diserang oleh suku-suku di Asia Tengah dimana mereka merampas dan merampok dagangan dan seringkali membunuh dengan sadis. Mendengar berita tersebut, Pemerintah Cina dibawah dinasti Han, mengutus Jenderal Zhang Qian membuka pos keamanan sampai daerah Asia Tengah. 
Rute Jalur Sutra tumbuh dengan pesat dengan bergabungnya aliansi kekaisaran Romawi yang tertarik berdagang dengan negeri Cina. Kerajaan Persia juga membentuk aliansi dagang dengan pemerintah Cina di Asia Tengah dengan difasilitasi oleh pedagang dari India yang bermukim di dekat Sungai Gangga. 

Untuk mata uang bangsa Cina pada jaman itu adalah Giok, Persia menggunakan Drachma (perak) dan Dinar (emas), Romawi menggunakan Sestertius, bangsa Arab menggunakan Dinar (emas), bangsa India menggunakan permata atau batu mulia. Namun banyak juga pedagang yang menggunakan metode barter dimana sutra ditukar dengan unta atau kuda atau juga barang lain selain mata uang. 

KODE MORSE

KODE MORSE adalah sebuah kode sistem untuk mengganti huruf, angka, tanda baca dan sinyal dengan menggunakan kode titik dan garis. Diciptakan oleh Samuel FB Morse dan Alfred Vail pada tahun 1835. Pada awal penggunaannya, kode Morse dipakai untuk pengiriman pesan dua tempat yang terpisah jauh dengan menggunakan teknologi Radio CW atau gelombang tetap sebelum ditemukannya komunikasi radio dengan suara. Sinyal yang paling umum disepakati dan digunakan dalam Kode Morse adalah sinyal "SOS" (... --- ...) kode tanda adanya bahaya. 
Di beberapa negara, menggunakan tanda ini diluar situasi gawat darurat dapat diancam hukuman. 
Kode Morse juga digunakan dan dipelajari di dunia Pramuka. Dalam Pramuka, kode Morse disampaikan menggunakan senter atau peluit. 

Kode Morse huruf : 
  • A • –
  • B – • • •
  • C – • – •
  • D – • •
  • E •
  • F • • – •
  • G – – •
  • H • • • •
  • I • •
  • J • – – –
  • K – • –
  • L • – • •
  • M – –
  • N – •
  • O – – –
  • P • – – •
  • Q – – • –
  • R • – •
  • S • • •
  • T –
  • U • • –
  • V • • • –
  • W • – –
  • X – • • –
  • Y – • – –
  • Z – – • •

Kode Morse Tanda Baca :

  • . • – • – • –
  • , – – • • – –
  • : – – – • • •
  • - – • • • • –
  • / – • • – •

Kode Morse Angka :

  • 1 • – – – –
  • 2 • • – – –
  • 3 • • • – –
  • 4 • • • • –
  • 5 • • • • •
  • 6 – • • • •
  • 7 – – • • •
  • 8 – – – • •
  • 9 – – – – •
  • 0 - - - - - 

Sejarah KENTONGAN

Kentongan adalah alat komunikasi yang digunakan dengan cara dipukul yang terbuat dari bambu. Kegunaannya sebagai tanda alarm, sinyal komunikasi jarak jauh, morse, penanda azan maupun tanda bahaya. Kentongan zaman dahulu sering dimanfaatkan oleh penduduk yang tinggal di daerah pedesaan dan pegunungan. 
Sejarah kentongan berasal dari legenda Cheng Ho dari Cina yang mengadakan perjalanan dengan misi keagamaan. Dalam perjalanan tersebut, Cheng Ho menemukan kentongan sebagai alat komunikasi ritual keagamaan. Penemuan kentongan tersebut dibawa ke Cina, Korea dan Jepang. 
Setiap daerah memiliki sejarah penemuan yang berbeda dengan nilai sejarahnya yang tinggi. 
Di Nusa Tenggara Barat, kentongan ditemukan ketika Raja Anak Agung Gede Ngurah menggunakannya untuk mengumpulkan massa. 
Di Yogyakarta ketika masa kerajaan Majapahit, kentongan Kyai Gorobangsa, sering digunakan sebagai pengumpul warga 

14 Oktober 2020

Peristiwa MALARI (Malapetaka Lima Belas Januari)

MALARI adalah peristiwa demonstrasi mahasiswa yang terjadi pada 15 Januari 1974. Peristiwa itu terjadi saat Perdana Menteri Jepang, Tanaka Kakuei, sedang berkunjung ke Jakarta. Mahasiswa menolak adanya penanaman modal asing dan merencanakan demonstrasi di Halim. Karena dijaga ketat, mahasiswa tidak berhasil menerobos masuk pangkalan udara. Kedatangan Ketua Inter Governmental Group on Indonesia (IGGI), Jan P. Pronk, dijadikan momentum untuk demonstrasi. Klimaksnya adalah kedatangan PM Jepang disambut demonstrasi dan kerusuhan. Usai terjadi demonstrasi yang disertai kerusuhan, pembakaran dan penjarahan, Jakarta berasap. Presiden Soeharto lalu memberhentikan Soemitro sebagai Panglima Kopkamtib 

12 Oktober 2020

Sejarah sekolah STM

Sekolah Pertukangan adalah cikal bakal Sekolah Menengah Kejuruan di Indonesia. Nenek moyang anak STM dan pendidikan kejuruan di Indonesia boleh dibilang berasal dari zaman VOC. Sekolah berorientasi kejuruan pertama adalah Akademi Pelayaran (Academie der Marine) yang didirikan VOC pada tahun 1743, tetapi ditutup kembali pada tahun 1755. 

Ketika kekuasaan VOC berakhir pada penghujung abad ke-18, pendirian sekolah-sekolah dilanjutkan oleh pemerintah Hindia Belanda yang didasarkan atas keturunan, bangsa dan status sosial. Pendidikan kejuruan kemudian dilanjutkan kembali pada pertengahan abad 19. 

Pada 1853, pemerintah Hindia Belanda mendirikan Ambacht School van Soerabaia (Sekolah Pertukangan Surabaya) ini adalah sekolah kejuruan pertama di Indonesia. Berbentuk sekolah teknik menengah, kelas belajarnya diselenggarakan malam hari untuk anak-anak Indo Belanda. Pada 1856, sekolah serupa didirikan di Jakarta. 

Darmaningtyas mencatat dalam "Pendidikan yang Memiskinkan" (2004) bahwa Wardiman Djojonegoro selaku Menteri Pendidikan dan Kebudayaan periode 1993-1998, memiliki andil dalam perubahan nama-nama sekolah kejuruan, termasuk STM. Sekolah Menengah Ekonomi Atas (SMEA), Sekolah Menengah Keterampilan Keluarga (SMKK), Sekolah Pertanian Menengah Atas (SPMA) dan lain-lain. Sekolah-sekolah tersebut oleh Mendikbud melalui Surat Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia nomor 036/0/1997, namanya diseragamkan menjadi Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) 

Dalam buku "Pendidikan di Indonesia dari Jaman ke Jaman" (1986) Pada tahun 1856, Ambachtsschool menyediakan perkumpulan Kristen. Bukan hanya perkumpulan Kristen, pada tahun 1865, sebuah tarekat Mason Bebas alias Freemason juga mendirikan Ambachtsschool di Batavia. Informasi ini disampaikan oleh Th.Stevens dalam "Tarekat Mason Bebas dan Masyarakat di Hindia Belanda dan Indonesia 1764 - 1962" (2004)

Bahasa pengantar di sekolah-sekolah pertukangan adalah bahasa Belanda. Para siswanya merupakan sekolah dasar yang berbasis Belanda, seperti Hollandsch Inlandsch School (HIS), Hollandsche Chineesche School (HCS) dan Schakelschool (Sekolah Peralihan) yang lama pendidikannya tiga tahun.

Jurusan di Ambachtsschool antara lain montir mobil, mesin, listrik, kayu dan penata batu. Tujuan dari sekolah ini adalah Skor W Erkbaas atau mandor.

Saat pelajaran di Ambachtschool milik Tarekat Mason Bebas tersebar luas, mereka membuka sekolahnya untuk pemerintah kolonial. Sekolah itu kemudian dikenal dengan nama Koningen Wilhelmina School (KWS) 

Alumni KWS Batavia yang terkenal adalah Friedrich Silaban, perancang Masjid Istiqlal dan Teuku Muhammad Hasan yang pernah menjadi gubernur Sumatra pertama. 

Setiadi Sapandi dalam buku Friedrich Silaban (2017) mencatat, perancang Masjid Istiqlal itu belajar di KWS Batavia, di Surabaya ada sekolah teknik bernama Koningen Emma School (KES) dan Koningen Princes Juliana School. Selain di Batavia dan Surabaya, di Bandung juga ada Ambacht Leergang atau pelatihan pertukangan yang menerima siswa sekolah dasar yang kualitasnya di bawah HIS. Selain kursus yang menyenangkan, Bandung juga punya Gemeentelijke AmbachtsschoolSalah satu jebolannya adalah Jenderal Amirmachmud, mantan Menteri Dalam Negeri di era Orde Baru. 

“Pendidikan saya hanya Sekolah Teknik (Ambachtschool) setelah menamatkan HIS. Lebih lengkap hanya untuk SMA yang sekarang. Minimal kemampuan bahasa Inggris saya yang juga minimal" kata Amirmachmud seperti mengutip Julius Pour dalam Baramuli Menggugat Politik Zaman (2000) 

Dari dunia sepakbola, lulusan Ambachtsschool yang terkenal adalah Tan Liong Houw alias Latief Harris Tanoto. Ia lulus dari Ambachtschool di Jakarta pada 1947. 

Dalam "Tarekat Mason Bebas dan Masyarakat di Hindia Belanda dan Indonesia 1764 - 1962, sekolah kejuruan pada zaman kolonial bukan hanya Ambachtschool. Di Semarang misalnya, sekolah yang ditujukan untuk para gadis.

Kala itu, sekolah menengah yang menerima sekolah dasar Belanda bukan hanya Ambachtsschool. Saat masuk STOVIA alias sekolah dokter Hindia, Radjiman Wediodiningrat, Soebroto alias Soetomo dan Wahidin Sudirohusodo, berstatus sebagai sekolah dasar dari Eropa Lager School (ELS) Begitu juga saat Raden Soelaiman Effendi Koesoemah Atmadja dan Besar Martokusumo masuk Rechtschool alias sekolah hakim di Batavia, status mereka adalah sebagai sekolah dasar. Sekolah hukum dan sekolah dokter menjadi sekolah tinggi yang hanya menerima siswa sekolah menengah seperti Algemene Middelbare School (AMS)

Setelah Indonesia merdeka, nama Ambachtsschool berganti menjadi Sekolah Teknik Pertama (STP) yang masa belajarnya hanya dua tahun. Sebelum 1950, seperti dicatat Suradi HP dan kawan-kawan dalam "Sejarah Pemikiran Pendidikan dan Kebudayaan" (1986) masa belajar di sekolah ini menjadi tiga tahun, sesuai dengan SMP dengan nama Sekolah Teknik (ST) Sekolah ini menerima hasil dari Sekolah Rakjat. Jurusannya antara lain bangunan, cor, keramik, kulit, listrik, cetak, radio, tenun dan sebagainya. Lulusan ST biasanya melanjutkan ke Sekolah Teknik Menengah (STM)

Pada umumnya, STM memiliki beberapa jurusan seperti kimia, listrik, mesin, mesin kapal, radio, tambang, pemeliharaan mesin uap, pemeliharaan mobil, pemeliharaan alat listrik, instrumen pesawat terbang, kerangka motor, pesawat terbang dan ukiran. Salah satu orang yang memulai bersekolah di STM adalah Robby Kaihana atau Robby Sugara (1950 - 2019) Ia terkenal bukan sebagai ahli teknik, tapi populer sebagai aktor era 1970-an yang masuk dalam "Lima Besar" karena bayarannya sangat mahal. 

Dalam "Apa Siapa Orang Film Indonesia"(1926 - 1978) yang disusun oleh Sinematek Indonesia, Robby Sugara disebut lulusan STM Poncol, jurusan Sipil Bangunan. Lulusan STM jurusan bangunan lainnya yang hadir di dunia hiburan adalah Koesdjono Koeswojo, kakak Tonny Koeswojo, yang ikut mengumpulkan Koes Bersaudara. Contoh lain lulusan STM yang dikenal oleh masyarakat, seperti yang dicatat Amiruddin Sormin, 100 Tokoh Terkemuka Lampung : 100 Tahun Kebangkitan Nasional (2008) adalah Jenderal Ryamizard Ryachudu 



sejarah sekolah STM 3 BONSER Jatinegara Jakarta Timur


SMK Negeri 5 Jakarta, sebelumnya bernama STM Pembetulan dan Pemeliharaan, didirikan pada tahun 1956 dengan SK No. 6737/B III tertanggal, 18 Februari 1956, di lokasi Kampung Jawa hingga 1957. Pada tahun 1958, kembali pindah ke jalan Budi Utomo No. 5 sampai dengan tahun 1959. Pada tahun 1960 barulah menempati gedung baru di jalan Kebon Sereh VII (BONSER 7) dulunya, dan diganti jalan Pisangan Baru Timur VII pada tahun 1981. 

Jalan Kebon Sereh dibagi 2, yaitu utara dan selatan. Kalau utara ada gang 7, 8, 9, 10. Kalau selatan ada 1, 2, 3, 4, 5 dan 6. Nama Pisangan Baru, diambil dari pasar pisang di pinggir rel kereta api BONSER selatan, dekat terowongan. Mungkin karena cukup terkenal, sehingga diganti denga nama Pisangan, dan menjadi 2 yaitu Pisangan Lama (seberang tol depan sekolah BONSER) dan Pisangan Baru/Kebon Sereh. 

Nama BONSER diambil dari singkatan Kebon Sereh, yang awalnya hanya sebutan untuk orang-orang disekitar rumah tersebut dan ada pertandingan sepak bola antar gang ditempat itu. 
Dari Bonser Selatan yang mengusung nama BONSELA 1, 2, 3, 4, 5 dan 6. 
Dari utara mengusung nama BONSER 7, 8, 9 dan 10. 
Pemenangnya dari BONSER 9 waktu itu. 

Waktu zaman MALARI, STM 3 pernah dikepung oleh tentara. Mungkin karena tidak pro dengan pemerintah, dan beberapa siswanya ditahan di dalam ruangan, sebagian lari tunggang langgang selamatkan diri. 

Dan pernah ada perkelahian antara anak-anak Bonser utara/selatan dengan anak-anak Berland (perumahan utara/selatan di Bonser, perumahan anggota AURI) 
Jadi memang dari dulu nama BONSER sudah terkenal. 

Cikal bakal nama STM 3 BONSER diambil dari tawuran anak-anak Bonser utara dan anak STM 3 yang kebanyakan dari Tanjung Priok pada waktu itu. Setelah berdamai, maka tersebutlah STM 3 BONSER. 
Dulu banyak anak-anak dari Bonser selatan dan utara yang sekolah di STM 3 dan mereka sepakat menyebut STM 3 menjadi BONSER 3. Trend panggilan sekolah dengan nama lingkungan sebenarnya dimulai dari STM 3 BONSER. Baru setelah itu lahir nama Boedoet (Budi Utomo), Chaptoen (SMA 10) angka 10 yang dulunya sebutan untuk uang Rp.10,- 

Kalender Jawa (Kalender Sultan Agungan)

Kalender Jawa juga disebut sebagai Kalender Sultan Agungan karena diciptakan pada pemerintahan Sultan Agung (1613-1645)
Sultan Agung adalah raja ketiga dari Kerajaan Mataram Islam.
Pada masa itu, masyarakat Jawa menggunakan kalender Saka yang berasal dari India.
Kalender Saka didasarkan pergerakan matahari (solar)
berbeda dengan Kalender Hijriah atau Kalender Islam yang didasarkan pada pergerakan bulan (lunar)
Oleh karena itu, perayaan-perayaan adat yang diselenggarakan oleh keraton tidak selaras dengan perayaan-perayaan hari besar Islam.
Sultan Agung menghendaki agar perayaan-perayaan tersebut dapat bersamaan waktu. Untuk itulah diciptakan sebuah sistem penanggalan baru yang merupakan perpaduan antara kalender Saka dan kalender Hijriah.
Sistem penanggalan inilah yang kemudian dikenal sebagai kalender Jawa atau kalender Sultan Agungan.
Kalender ini meneruskan tahun Saka, namun melepaskan sistem perhitungan yang lama dan menggantikannya dengan perhitungan berdasar pergerakan bulan.
Karena pergantian tersebut tidak mengubah dan memutus perhitungan dari tatanan lama, maka pergeseran peradaban ini tidak mengakibatkan kekacauan, baik bagi masyarakat maupun bagi catatan sejarah. 

Tahun Jawa atau tahun Jawa Islam Sultan Agung, memiliki berbagai macam siklus. Siklus harian yang masih dipakai sampai saat ini adalah saptawara (siklus tujuh hari) dan pancawara (siklus lima hari) 
Saptawara atau padinan terdiri dari ngahad (dite), senen (soma), selasa (anggara), rebo (buda), kemis (respati), jemuwah (sukra) dan setu (tumpak).
Siklus tujuh hari ini sewaktu dengan siklus mingguan pada kalender Masehi : Minggu, Senin, Selasa, Rabu, Kamis, Jumat dan Sabtu. 

Pancawara terdiri dari kliwon (kasih), legi (manis), pahing (jenar), pon (palguna), dan wage (cemengan)
Pancawara juga biasa disebut sebagai pasaran. Siklus ini dahulu digunakan oleh pedagang untuk membuka pasar sesuai hari pasaran yang ada. Karena itu kini banyak dikenal nama-nama pasar yang menggunakan nama pasaran tersebut, seperti Pasar Kliwon, Pasar Legi, Pasar Pahing, Pasar Pon dan Pasar Wage.

Selain pancawara dan saptawara, masih ada siklus 6 hari yang disebut sadwara atau paringkelan. Walau kadang masih digunakan dalam pencatatan waktu, paringkelan tidak digunakan dalam menghitung jatuhnya waktu upaca-upacara adat di Keraton. Paringkelan terdiri dari tungle, aryang, warungkung, paningron, uwas dan mawulu

Seperti pada penanggalan lainnya, kalender Jawa memiliki dua belas bulan. Bulan-bulan tersebut memiliki nama serapan dari bahasa Arab yang disesuaikan dengan lidah Jawa : sura, sapar, mulud, bakdamulud, jumadil awal, jumadil akhir, rejeb, ruwah, pasa, sawal, dulkangidah dan Besar. Umur tiap bulan berselang-seling antara 30 dan 29 hari. 

Satu tahun dalam kalender Jawa memiliki umur 354 3/8 hari. Untuk itu terdapat siklus delapan tahun yang disebut sebagai windu. Dalam satu windu terdapat delapan tahun yang masing-masing memiliki nama tersendiri : alip, ehe, jimawal, je, dal, be, wawu dan jimakir. 

Tahun ehe, dal dan jimakir memiliki umur 355 hari dan dikenal sebagai tahun panjang (taun wuntu), sedang sisanya 354 hari dikenal sebagai tahun pendek (taun wastu)
Pada tahun panjang tersebut, bulan Besar sebagai bulan terakhir memiliki umur 30 hari. 
Selain itu terdapat siklus empat windu berumur 32 tahun dimana nama hari, pasaran, tanggal dan bulan akan tepat berulang atau disebut tumbuk. Keempat windu dalam siklus itu diberi nama kuntara, sangara, sancaya dan adi. 

Tiap windu tersebut memiliki lambang sendiri, kulawu dan langkir. Masing-masing lambang berumur 8 tahun, sehingga siklus total dari lambang berumur 16 tahun. Meski demikian, masih ada perbedaan perhitungan antara tahun Jawa dan tahun Hijriah. Tiap 120 tahun sekali akan ada perbedaan satu hari pada kedua sistem penanggalan tersebut. Maka pada saat itu tahun Jawa diberi tambahan satu hari. Periode 120 tahun ini disebut dengan khurup. Sampai awal abad 21, telah terdapat empat khurupNama khurup yang berlangsung, mengacu pada jatuhnya hari pada tanggal 1 bulan sura tahun alip. Pada khurup asapon, tanggal 1 bulan sura tahun alip, akan selalu jatuh pada hari selasa pon selama kurun waktu 120 tahun. 

Terkait dengan penanggalan Jawa, dikenal pula periode waktu yang dianggap menentukan watak dari anak yang dilahirkan seperti halnya pada astrologi yang terkait dengan kalender Masehi. Periode ini disebut wuku, dan ilmu perhitungannya disebut sebagai pawukon. 
Terdapat 30 wuku yang masing-masing memiliki umur 7 hari, sehingga satu siklus wuku memiliki umur 210 hari yang disebut Dapur wuku. 

Selain wuku, terdapat juga neptu, yang digunakan untuk melihat nilai dari suatu hari. Ada dua macam neptu, neptu dina dan neptu pasaran. Neptu dina adalah angka yang digunakan untuk menandai nilai hari-hari pada saptawara, sedang neptu pasaran digunakan untuk menandai nilai hari-hari pada pancawara. Nilai-nilai ini digunakan untuk menghitung baik buruknya hari terkait kegiatan tertentu, juga perwatakan seseorang yang lahir pada hari tersebut. 

Kalender Sultan Agungan yang dimulai pada jumat legi tanggal 1 sura tahun alip 1555 J atau 1 Muharram 1043 H atau 8 Juli 1633. Peristiwa ini terdapat pada windu kuntara lambang kulawu, dan ditandai dengan candra sengkala yang berbunyi “jemparingen buto galak iku” (Panahlah raksasa buas itu)

Sejak saat itu, Kerajaan Mataram dan penerusnya mampu menyelenggarakan perayaan-perayaan adat seirama dengan hari-hari besar Islam. Upacara-upacara tradisi seperti garebeg tidak menjadi halangan bagi perkembangan Islam, namun malah dimanfaatkan sebagai syiar agama itu sendiri. Sistem penanggalan baru ini merupakan upaya seorang pemimpin yang berpandangan jauh ke depan untuk menggabungan dua arus peradaban pada masa itu, sebuah rekonsiliasi antara gelombang kebudayaan Islam dengan peradaban pra Islam. Peradaban baru yang kini dikenal sebagai Mataram Islam 


11 Oktober 2020

Orang Keling