04 Agustus 2020

SENIMAN SENEN


Pada akhir dekade 1930-an, kawasan Senen mulai didatangi oleh anak-anak muda dari seantero Nusantara. Kebanyakan diantara mereka adalah mahasiswa, aktivis dan pejuang bawah tanah. Disamping itu terdapat pula para pemain sandiwara, pemain musik, pembuat puisi dan penulis cerita yang kemudian hari lebih dikenal dengan sebutan "Seniman Senen" 

Diantara para seniman itu adalah Chairil Anwar. Dia kerap mondar-mandir mencari inspirasi dan menulis sajak di pinggiran Stasiun Senen. 

Djamaluddin Malik juga merupakan seniman Indonesia yang tumbuh dan besar di kawasan Senen. Diantara para seniman Senen, Djamaluddin dikenal sebagai seorang yang dermawan. Dia menjadi bos atau raja seniman Senen. 

Selain nama-nama di atas, para Seniman Senen yang kelak menjadi orang-orang sukses antara lain Usmar Ismail, Misbach Yusa Biran, Sobron Aidit, Soekarno M Noer, Wim Omboh. 

Dipilihnya Pasar Senen menjadi tempat berkumpulnya para seniman dikarenakan dekatnya kawasan tersebut dengan Gedung Kesenian Jakarta dan studio film Golden Arrow dan dari sini juga orang bisa mencapai segala penjuru Jakarta dengan biaya amat murah. 

Pada era 1950-an, tempat kumpul paling ternama adalah kedai Masakan Padang "Ismail Merapi" Di tempat ini tak hanya para seniman saja yang berkumpul tetapi juga para pencatut, preman dan gelandangan. Disini mereka berbaur hidup dengan penuh kedamaian dan harmonis. 

Pada tahun 1968, gubernur Jakarta, Ali Sadikin, meresmikan Taman Ismail Marzuki dan kemudian mendirikan Institut Kesenian Jakarta. Selain sebagai objek wisata, tempat ini juga diperuntukkan bagi para seniman yang hendak mengembangkan bakat dan kemampuannya. Sejak saat itu maka mereduplah nama besar Seniman Senen. 

Kini Cikini dengan Taman Ismail Marzuki-nya telah menggantikan Planet Senen sebagai tempat pembiakan para seniman muda 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar