16 Agustus 2020

Haji Darip, Panglima perang dari Klender

KH Muhammad Arif (Haji Darip Klender) 

Lahir tahun 1886, wafat tahun 1981. 
Beliau lulusan Mekkah. 
Beliau sangat disegani dan dihormati para pejuang 45. 
Beliau berhasil mengkoordinir para pemuda, para jagoan, para tokoh yang tersebar di wilayah Klender dan sekitarnya. 
Berkat perlawanannya yang keras, Klender menjadi wilayah yang diwaspadai Belanda. 
Beliau juga dijuluki “Panglima Perang Dari Klender” 
Melalui komandonya, beliau berhasil menjadikan Klender sebagai wilayah pertahanan yang merupakan gudang makanan dan persenjataan. 
Jaringannya juga luas, beliau berhasil melakukan hubungan dengan para tokoh pemuda saat itu. 
Melalui peran dan saran beliau, tokoh-tokoh pemuda yang telah “menculik” Bung Karno dan Bung Hatta ke Rengasdengklok menempatkan Bung Karno dan Bung Hatta di rumah yang tidak layak, akhirnya dipindahkan ke rumah salah satu orang tionghoa. 

Setelah kemerdekaan kelak, Bung Karno mendatangi wilayah Klender dan memimpin rapat akbar untuk membangkitkan semangat rakyat dalam mempertahankan kemerdekaan. 
Dalam kiprahnya pada perjuangannya, Haji Darip penuh dengan peristiwa dramatis. Beliau harus keluar masuk hutan, kelaparan, kehausan, bahkan harus menyebrangi sungai demi menghindari kejaran Belanda, bahkan rumahnya habis dibakar Belanda. 
Haji Darip adalah pejuang besar yang terus  dicari oleh Belanda. 
Pernah beliau tertangkap, kemudian disiksa oleh Belanda karena keberadaanya bocor oleh mata-mata dari pribumi. 

Pada tahun 1950, Bung Karno memanggil sosok yang karismatik ini ke istana Cipanas. Mereka kemudian saling berpelukan haru. Bagi Bung Karno, sosok Haji Darip sangatlah dihormati. Bung Karno kagum akan kepemimpinan dan pengorbanan Haji Darip dalam perjuangan. 

Mengenai kebesaran tokoh Haji Darip dalam sebuah berita koran harian Australia "The Sydney Morning Herald" yang terbit pada tanggal 3 Desember 1945 "Tentara Inggris dan Belanda di Jawa Barat tau Haji Darip seorang Jenderal Indonesia sebagai musuh ekstremis nomer satu yang diyakini menjadi pemimpin 6000 pasukan fanatik yang memakai kemeja putih dan termasuk anggota masyarakat rahasia Jawa. Kebanyakan dari mereka adalah pemuda yang digerakkan oleh fanatisme agama yang kuat yang telah mengintai di bagian selatan Batavia sejak pertempuran dimulai" 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar