24 Agustus 2020

Batavia-Arrack van Oosten

Arak adalah minuman beralkohol yang populer selama era kolonial. Minuman ini disuling dari tebu, beras merah lokal yang difermentasi dan dipadukan dengan ragi lokal untuk memberikan rasa dan aroma yang unik. 

Salah satu perusahaan arak yang paling lama berdiri di Indonesia adalah Batavia Arak Company (Dutch Batavia-Arak Maatschappij) yang beroperasi pada tahun 1872, menjadi perseroan terbatas pada tahun 1901 dan masih beroperasi pada awal 1950-an. 

Perusahaan Batavia Arak juga mengekspor arak ke Belanda dan berkantor di Amsterdam. 

Beberapa merek arak yang diproduksi oleh Batavia Arak Company adalah KWT (diproduksi di daerah Bandengan) dan OGL. 

Batavia Arak tersedia di Eropa Utara dan Asia Selatan, namun sulit ditemukan di Amerika Serikat. 

Batavia-Arrack van Oosten adalah merek yang lebih baru tersedia. 

Batavia-Arrack dikatakan dapat meningkatkan rasa ketika digunakan sebagai komponen dalam produk lain seperti kue kering (Finnish Runeberg torte atau Dresdner Stollen) atau dalam industri kembang gula dan perasa dan digunakan juga dalam minuman herbal pahit dan sebagai campuran dalam minuman beralkohol lain (punsch, regent punch, royal punch dan black tea-port milk punch) 

Penggunaannya dalam punch dicatat oleh bartender Amerika awal, Jerry Thomas "Sebagian besar arak yang di impor ke negara ini disuling dari beras dan berasal dari Batavia. Hanya sedikit digunakan di Amerika kecuali untuk membumbui punch. Rasanya sangat menyenangkan dalam campuran ini. Arak meningkat pesat seiring bertambahnya usia. Ini banyak digunakan di beberapa bagian India, dimana disuling dari umbi dan sari pohon kelapa" 



22 Agustus 2020

Puisi Terlena karya Buya Hamka

Waktu berlalu begitu pantas menipu kita yang terlena. 
Belum sempat berzikir di waktu pagi, hari sudah menjelang siang. 
Belum sempat bersedekah pagi, matahari sudah meninggi. 
Niat pukul 9 pagi hendak sholat Duha, tiba-tiba azan Zuhur sudah terdengar. 
Teringin setiap pagi membaca 1 juz Al-Qur'an, menambah hafalan satu hari satu ayat, itupun tidak dilakukan. 
Rancangan untuk tidak akan melewatkan malam kecuali dengan Tahajud dan Witir walaupun hanya 3 roka'at, semua tinggal angan-angan. 
Beginikah berterusannya nasib hidup menghabiskan umur? 
Sekedar berseronok dengan usia? 
Lalu tiba-tiba menjelmalah usia di angka 30, sebentar kemudian 40, tidak lama terasa menjadi 50 dan kemudian orang mulai memanggil kita dengan panggilan "Kakek Nenek" menandakan usia kita sudah tua. 
Lalu sambil menunggu sakaratul maut tiba, diperlihatkan catatan amal yang pernah kita buat. 
Astaghfirullah, 
Ternyata sedekahku tidak seberapa dan infaq ku cuma sekedarnya saja. 
Mengajarkan ilmu tidak pernah ada. 
Silaturahmi tidak pernah dibuat. 
Justru, apakah roh ini tidak akan melolong, meraung, menjerit menahan kesakitan disaat berpisah dengan tubuh ketika sakaratul maut?
Tambahkan usiaku Ya Allah. 
Aku memerlukan waktu lagi dan lagi dan lagi untuk beramal sebelum Kau akhiri ajalku. 
Belum cukupkah kita menyia-nyiakan waktu selama 30, 40, 50 atau 60 tahun?
Perlu berapa tahun lagikah untuk mengulang pagi, mengulang siang, petang dan malam. 
Perlu berapa minggu, berapa bulan dan berapa tahun lagi agar kita benar-benar bersedia untuk mati. 
Kita tidak pernah merasa kehilangan waktu dan kesempatan untuk menghasilkan pahala. 
Maka 1000 tahun pun tidak akan pernah cukup bagi orang-orang yang terlena 


KISAH SAMSON

Diriwayatkan bahwa ada seorang hamba Allah yang bernama Sam'un dari Bani Israil. Ia senantiasa berjuang melawan orang–orang kafir, hingga pada suatu saat istrinya bersama orang–orang kafir berencana membunuhnya. Pada suatu malam istrinya mengikat tubuh Sam'un yang sedang tidur lelap dengan rambut milik Sam'un. Setelah Sam'un tidak dapat melawan, maka orang–orang kafir bersama–sama mengarak dan menyiksa Sam'un dengan keji. Namun ketika itu pula Sam'un mendapatkan pertolongan dari Allah. Sam'un berhasil merobohkan istana kaisar dan seluruh masyarakatnya hancur beserta istri dan para kerabat yang mengkhianatinya. 

Setelah itu Sam'un menghabiskan waktunya untuk beribadah. Siang hari digunakan untuk berpuasa dan malamnya ia gunakan untuk sholat. Rutinitas tersebut dilakukan Sam'un hingga seribu bulan 




Kancil mencuri mentimun

Suatu hari, Sang Kancil mencoba mencuri mentimun dari ladang petani. Ia berhasil mencuri beberapa mentimun, kemudian ia bertemu orang-orangan sawah, lalu mengejeknya karena tidak bisa membuatnya takut. Dia menendang orang-orangan sawah dengan kaki depannya, tetapi kaki depannya tersangkut di orang-orangan sawah yang telah diisi dengan lem oleh petani. Dia mencoba mencabut kakinya, tetapi sia-sia karena lemnya terlalu kuat. 

Kemudian, petani datang dan menertawakan Sang Kancil yang telah terperangkap oleh lem pada orang-orangan sawah. Petani tersebut kemudian menempatkannya di dalam kandang selama sisa hari itu. 

Malamnya, anjing petani datang untuk melihat Sang Kancil. Anjing itu mengejeknya dan berkata bahwa dia akan dimasak keesokan paginya. Sang Kancil tetap tenang dan santai. Anjing itu menjadi bingung dan bertanya kepadanya. 

Kancil berkata "Kamu salah, aku tidak akan dimasak, aku akan menjadi pangeran" 

Anjing menjadi lebih bingung 

"Aku akan menikahi putri petani dan aku akan menjadi pangeran. Aku merasa kasihan padamu. Semua kesetiaanmu dibayar seperti ini, kamu hanya menjadi anjing. Lihat aku, besok aku akan menjadi pangeran" kata Sang Kancil dengan bangga. 

Anjing itu yang merasa didiskriminasi oleh tuannya sendiri, memintanya untuk pindah tempat. Dia berpikir bahwa dengan beralih tempat dengan Sang Kancil, dia akan menjadi pangeran. Jadi dia membuka kandang dan membebaskannya. 

Pagi berikutnya, petani itu bingung karena dia tidak melihat kancil dimanapun, sebaliknya dia melihat anjingnya sendiri di dalam kandang mengibas-ngibaskan ekornya 



17 Agustus 2020

Dulu Es Batu adalah sajian yang sangat mahal

Pernah jadi sajian mewah, begini sejarah Es Batu saat pertama kali datang ke Indonesia. 
Saking hebohnya, berita kedatangannya sampai dimuat di koran. 

Dulu, es batu dianggap sebagai sajian mewah yang hanya mampu dibeli oleh orang kaya dan punya kedudukan. Kedatangan es dingin ini bahkan membuat negara kita heboh luar biasa. Pertama kali masuk Indonesia pada bulan November tahun 1846, es batu ini dibawa oleh kapal besar dari Boston, Amerika Serikat, atas pesanan Roselie en Co. Es tersebut baru dibongkar keesokan harinya. 

Satu hari sebelum kapal tersebut datang, kabar tentang kedatangannya sudah termuat dalam surat kabar Kavasche Courant. 
Tak heran jika kabar ini tersebar ke seluruh penjuru Batavia dan membuat banyak orang penasaran. 
Namun dulu belum canggih seperti sekarang karena belum ada lemari pendingin, balok-balok es ini ditutupi dengan selimut wol agar tak mencair. 

Jangan dibayangkan es batu ini bisa murah meriah seperti sekarang. Es batu hanya bisa dikonsumsi oleh orang elit Belanda yang berada di kawasan Weltevreden (Sawah Besar, Jakarta Pusat) atau Meester (Jatinegara, Jakarta Timur) saja. 

Orang Belanda biasa bahkan tak tau betapa nikmatnya sajian ini ketika itu. 
Setiap 500 gram es batu, dibanderol 10 sen Gulden, sangat mahal ketika itu. 

Mengetahui fakta bahwa es batu adalah sajian mewah, semua orang membicarakannya. Ada yang menyebut es batu sebagai obat sariawan, ada juga yang bilang batu-batu putih sejernih kristal yang kalau dipegang bisa membuat tangan kaku. 

Sampai tahun 1870, es masih diimpor dari Boston. 

25 tahun setelahnya, pabrik es batu pertama kali muncul di Indonesia. 
Seorang Tionghoa bernama Kwa Wan Hong menjadi pelopornya. Ia membuka pabrik di Semarang. Hal ini ternyata menginspirasi banyak orang untuk mendirikan pabrik yang sama di beberapa daerah seperti Surabaya, Pekalongan, bahkan Batavia sendiri yang berlokasi di jalan Gajah Mada, kawasan Petojo 

16 Agustus 2020

Haji Darip, Panglima perang dari Klender

KH Muhammad Arif (Haji Darip Klender) 

Lahir tahun 1886, wafat tahun 1981. 
Beliau lulusan Mekkah. 
Beliau sangat disegani dan dihormati para pejuang 45. 
Beliau berhasil mengkoordinir para pemuda, para jagoan, para tokoh yang tersebar di wilayah Klender dan sekitarnya. 
Berkat perlawanannya yang keras, Klender menjadi wilayah yang diwaspadai Belanda. 
Beliau juga dijuluki “Panglima Perang Dari Klender” 
Melalui komandonya, beliau berhasil menjadikan Klender sebagai wilayah pertahanan yang merupakan gudang makanan dan persenjataan. 
Jaringannya juga luas, beliau berhasil melakukan hubungan dengan para tokoh pemuda saat itu. 
Melalui peran dan saran beliau, tokoh-tokoh pemuda yang telah “menculik” Bung Karno dan Bung Hatta ke Rengasdengklok menempatkan Bung Karno dan Bung Hatta di rumah yang tidak layak, akhirnya dipindahkan ke rumah salah satu orang tionghoa. 

Setelah kemerdekaan kelak, Bung Karno mendatangi wilayah Klender dan memimpin rapat akbar untuk membangkitkan semangat rakyat dalam mempertahankan kemerdekaan. 
Dalam kiprahnya pada perjuangannya, Haji Darip penuh dengan peristiwa dramatis. Beliau harus keluar masuk hutan, kelaparan, kehausan, bahkan harus menyebrangi sungai demi menghindari kejaran Belanda, bahkan rumahnya habis dibakar Belanda. 
Haji Darip adalah pejuang besar yang terus  dicari oleh Belanda. 
Pernah beliau tertangkap, kemudian disiksa oleh Belanda karena keberadaanya bocor oleh mata-mata dari pribumi. 

Pada tahun 1950, Bung Karno memanggil sosok yang karismatik ini ke istana Cipanas. Mereka kemudian saling berpelukan haru. Bagi Bung Karno, sosok Haji Darip sangatlah dihormati. Bung Karno kagum akan kepemimpinan dan pengorbanan Haji Darip dalam perjuangan. 

Mengenai kebesaran tokoh Haji Darip dalam sebuah berita koran harian Australia "The Sydney Morning Herald" yang terbit pada tanggal 3 Desember 1945 "Tentara Inggris dan Belanda di Jawa Barat tau Haji Darip seorang Jenderal Indonesia sebagai musuh ekstremis nomer satu yang diyakini menjadi pemimpin 6000 pasukan fanatik yang memakai kemeja putih dan termasuk anggota masyarakat rahasia Jawa. Kebanyakan dari mereka adalah pemuda yang digerakkan oleh fanatisme agama yang kuat yang telah mengintai di bagian selatan Batavia sejak pertempuran dimulai" 

Habib Kuncung

Makam keramat Habib Kuncung, demikian orang menyebut makam yang terletak disamping sebuah Masjid di kawasan Kalibata. Makam Habib Kuncung yang wafat pada usia 93 tahun berada diantara makam keluarga Habib Al Haddad yang sekarang seluruhnya dibuatkan bangunan tertutup untuk memberikan kenyamanan kepada para peziarah yang datang. 

Habib Ahmad bin Alwi bin Hasan bin Abdullah Al-Haddad lahir di Qurfha, Hadramaut, Tarim, Yaman, pada tanggal 26 Syaban 1254 H bertepatan dengan 14 November 1838. 

Beliau berguru kepada ayahnya sendiri Al Habib Alwi Al Haddad,  Al Habib Ali Bin Husein Al Haddad, Al Habib Abdurrahman Bin Abdullah Al Habsyi dan kepada Habib Keramat Empang Bogor, Al Habib Abdullah Bin Mukhsin Al Attas. 

Sejak kecil beliau sudah berdagang sebagaimana halnya Rasulullah. Berdagang membuatnya mengenal wilayah Asia Tenggara, bahkan menuai sukses di Singapura. 

Habib Ahmad sering muncul di Majelis Ulama kalangan Habaib di Jakarta yang dipusatkan di kediaman Habib Ali Al-Habsyi Kwitang. Namun beliau lebih dikenal oleh masyarakat Bogor karena banyak menghabiskan waktu disana. Kedekatannya dengan masyarakat Bogor terlihat dari panggilan “Kuncung” yang kemudian melekat pada beliau. 

Habib Ahmad dijuluki “Habib Kuncung” karena kerap memakai kopiah pemberian bangsawan Bugis yang berbentuk kerucut atau kuncung (mengecil ke atas) 

Kerajaan Bugis memberikan kopiah istimewa karena Habib Ahmad mempunyai karomah yang besar di kalangan bangsawan Bugis masa itu. 

Habib Kuncung hidup bak pengembara hingga tak banyak diketahui sejarahnya secara jelas. Dahulu saat menuntut ilmu dan berdagang, beliau selalu berpindah-pindah. Belanda, Malaysia, Singapura, Batavia dan Makassar adalah sebagian tempat yang dijelajahinya. Habib Ahmad bertemu dan menikah dengan isterinya pun di Makassar. Mereka mempunyai satu putera yang meninggal sebelum memberikan keturunan sehingga garis keturunan pun terputus. 

Beliau dikenal masyarakat sebagai seorang ulama yang misterius tetapi berilmu tinggi. Habib Kuncung merupakan orang yang memiliki khariqul a'dah atau orang yang memiliki kemampuan lebih diluar kebiasaan manusia umumnya. 

Habib Kuncung biasa disebut dalam bahasa kewalian sebagai ahli darkah, maksudnya disaat orang dalam kesulitan dan sangat memerlukan bantuan, maka Habib Kuncung akan muncul dengan tiba-tiba untuk membantu orang tersebut. Banyak orang yang mengalami masalah berat menghadap kepada beliau dan meminta nasihat maupun fatwa. Jika kebetulan dapat bertemu, Habib Kuncung pasti memberikan nasihat yang merujuk pada Al-Qur’an dan Hadits. Meski banyak yang menganggapnya aneh, tetapi orang mengenang Habib Kuncung sebagai pribadi terhormat yang sholeh serta tawadhu (rendah hati, tidak sombong) 

Beliau tak pernah mau menerima hadiah, baik uang maupun pakaian dan tampil apa adanya. Beliau tidak ingin orang memujanya secara berlebihan dan mengarah pada pengkultusan. Namun demikian tak ada orang yang meragukan kapasitas Habib Kuncung sebagai Waliyullah. Konon saat prosesi pemakaman Habib Kuncung terjadi hal yang tidak lazim. Habib Kuncung yang semula akan dimakamkan di kompleks pemakaman keluarga Habib Toha bin Ja’far Al Haddad, setelah disholatkan di Masjid At Taubah, jenazahnya tidak bisa diangkat untuk dimasukkan kedalam liang lahat meski sudah mengerahkan tenaga hingga 10 orang. Habib Toha kemudian melaksanakan sholat sunnah bisyaroh dan ternyata shohibul maqom (jenazah) ingin dimakamkan di pemakaman keluarga Habib Abdulloh bin Ja’far Al Haddad, disamping Masjid At Taubah. Ketika masih hidup, Habib Kuncung pernah berpesan kepada Habib Muhammad bin Abdulloh bin Ja’far Al Haddad untuk dibuatkan rumah kecil, artinya disitulah Habib Kuncung ingin dimakamkan, di pemakaman keluarga Abdulloh bin Ja’far Al Haddad. Banyak orang menziarahi makam Habib Kuncung. Orang berziarah sambil merenungkan cara hidup yang harus dijalani dengan tawadhu serta kesholehan yang utuh sebagaimana dicontohkan Rosulullah dan dijalani oleh Habib Kuncung semasa hidupnya. 

Di depan makam Habib Kuncung terdapat gentong air yang sudah berusia 85 tahun. Salah satu ritual yang dilakukan peziarah di makam Habib Kuncung adalah meminum air karomah yang ada didalam gentong. Keberadaannya di dekat makam diyakini para peziarah bahwa air didalam gentong secara otomatis juga ikut terdoakan. Itulah sebabnya mengapa dianggap sebagai air yang berkaromah. Namun pendapat ini harus disikapi secara hati-hati, jangan sampai terjadi “kemusyrikan” karena menganggap ada keajaiban setelah meminum air tersebut. Hakekatnya kita berziarah adalah untuk mendoakan Rohimahulloh sebagai bukti kecintaan kepada ulama, serta mengingat mati hingga muncul tekad kuat didalam hati untuk memperbaiki niat dan ibadah kepada Allah. Hal itu berarti bahwa kita juga tidak boleh membandingkan kekuatan Allah dengan selain-Nya, termasuk air. 

Makam Habib Kuncung di kawasan Kalibata ini tidak pernah sepi dari para peziarah yang jumlahnya meningkat saat kamis malam jum’at. Ribuan peziarah biasanya memadati makam Habib Kuncung saat peringatan haul shohibul maqom dan maulid Nabi yang biasanya diadakan pada minggu pertama atau minggu ketiga bulan Rabiul Awal, ba’da Ashar 



Tenggelamnya kapal van der Wijck, novel karya Buya Hamka

Perdebatan mengenai harta warisan antara Pendekar Sutan dengan mamaknya berujung pada kematian. Pendekar Sutan diasingkan dari Batipuh ke Cilacap selama 12 tahun karena membunuh mamaknya. Setelah bebas, Pendekar Sutan memilih menetap di Makassar dan menikah dengan Daeng Habibah. Akan tetapi, setelah memperoleh seorang anak bernama Zainuddin, Daeng Habibah meninggal dan tak lama setelah itu Zainuddin menjadi yatim piatu. 

Ketika beranjak remaja, Zainuddin meminta izin kepada pengasuhnya, Mak Base untuk berangkat ke Minangkabau. Ia telah lama ingin menjumpai tanah asal ayahnya di Batipuh. Namun Zainuddin tidak mendapatkan sambutan baik di tengah-tengah masyarakat yang menarik struktur kekerabatan dari ibu. Ia dianggap tidak memiliki pertalian darah lagi dengan keluarganya di Minangkabau karena meskipun berayah Minang, ibunya berasal dari Bugis. Akibatnya ia merasa terasing dan melalui surat-surat ia kerap mencurahkan kesedihannya kepada Hayati, perempuan keturunan bangsawan Minang yang prihatin terhadapnya. 

Setelah Zainuddin dan Hayati sama-sama mulai jatuh cinta, Zainuddin memutuskan pindah ke Padang Panjang karena mamak Hayati memintanya untuk keluar dari Batipuh. Sebelum berpisah, Hayati sempat berjanji kepada Zainuddin untuk selalu setia. 

Sewaktu Hayati berkunjung ke Padang Panjang karena hendak menjumpai Zainuddin, Hayati sempat menginap di rumah sahabatnya, Khadijah. Namun, sekembali dari Padang Panjang, Hayati dihadapkan oleh permintaan keluarganya yang telah sepakat untuk menerima pinangan Azis, kakak Khadijah. Aziz yang murni keturunan Minang dan berasal dari keluarga terpandang lebih disukai keluarga Hayati daripada Zainuddin. Meskipun masih mencintai Zainuddin, Hayati akhirnya terpaksa menerima dinikahkan dengan Aziz. Mengetahui Hayati telah menikah dan mengkhianati janjinya, Zainuddin yang sempat berputus asa pergi ke Jawa bersama temannya, Muluk. Tinggal pertama kali di Batavia sebelum akhirnya pindah ke Surabaya. 

Di perantauan, Zainuddin menjadi penulis yang terkenal. Pada saat yang sama, Aziz juga pindah ke Surabaya bersama Hayati karena alasan pekerjaan, tetapi rumah tangga mereka akhirnya menjadi berantakan. Setelah Aziz dipecat, mereka menumpang di rumah Zainuddin, tetapi Aziz lalu bunuh diri dan dalam sepucuk surat ia berpesan agar Zainuddin menjaga Hayati. Namun Zainuddin tidak memaafkan kesalahan Hayati. Hayati akhirnya diminta pulang ke Batipuh dengan menaiki kapal van der Wijck. Di tengah-tengah perjalanan, kapal yang dinaiki Hayati tenggelam dan setelah Zainuddin mendengar berita itu ia langsung menuju sebuah rumah sakit di Tuban. 

Sebelum kapal tenggelam, Muluk yang menyesali sikap Zainuddin memberi tahu Zainuddin bahwa Hayati sebetulnya masih mencintainya. Namun, tidak lama setelah Zainuddin datang, Hayati meninggal. Sepeninggal Hayati, Zainuddin menjadi sakit-sakitan sampai akhirnya meninggal. Jasadnya dimakamkan di dekat pusara Hayati 



Buya Hamka - Terlena

Waktu berlalu begitu pantas menipu kita yang terlena 

Belum sempat berzikir di waktu pagi, hari sudah menjelang siang 

Belum sempat bersedekah pagi, matahari sudah meninggi 

Niat pukul 9 pagi hendak Sholat Duha, tiba-tiba Azan Zuhur sudah terdengar 

Teringin setiap pagi membaca 1 juz Al-Qur'an, menambah hafalan satu hari 1 ayat, itu pun tidak dilakukan 

Rancangan untuk tidak akan melewatkan malam kecuali dengan Tahajud dan Witir walaupun hanya 3 roka'at, semua tinggal angan-angan 

Beginikah berterusannya nasib hidup menghabiskan umur? 

Sekedar berseronok dengan usia?

Lalu tiba-tiba menjelmalah usia di angka 30, sebentar kemudian 40, tidak lama terasa menjadi 50 dan kemudian orang mulai memanggil kita dengan panggilan “Tok Wan, Nek, Opah” menandakan kita sudah tua 

Lalu sambil menunggu Sakaratul Maut tiba, diperlihatkan catatan amal yang kita pernah buat 

Astaghfirullah, ternyata sedekahku tidak seberapa dan infaq ku cuma sekedarnya saja, mengajarkan ilmu tidak pernah ada, silaturahmi tidak pernah dibuat 

Justru, apakah roh ini tidak akan melolong, meraung, menjerit menahan kesakitan disaat berpisah dari tubuh ketika Sakaratul Maut 

Tambahkan usiaku ya Allah 

Aku memerlukan waktu lagi dan lagi untuk beramal sebelum Kau akhiri ajalku 

Belum cukupkah kita menyia-nyiakan waktu selama 30, 40, 50 atau 60 tahun? 

Perlu berapa tahun lagikah untuk mengulang siang, mengulang pagi, mengulang petang dan malam 

Perlu berapa minggu, berapa bulan dan berapa tahun lagi agar kita benar-benar bersedia untuk mati? 

Kita tidak pernah merasa kehilangan waktu dan kesempatan untuk menghasilkan pahala 

Maka 1000 tahun pun tidak akan pernah cukup bagi orang-orang yang terlena 



04 Agustus 2020

SENIMAN SENEN


Pada akhir dekade 1930-an, kawasan Senen mulai didatangi oleh anak-anak muda dari seantero Nusantara. Kebanyakan diantara mereka adalah mahasiswa, aktivis dan pejuang bawah tanah. Disamping itu terdapat pula para pemain sandiwara, pemain musik, pembuat puisi dan penulis cerita yang kemudian hari lebih dikenal dengan sebutan "Seniman Senen" 

Diantara para seniman itu adalah Chairil Anwar. Dia kerap mondar-mandir mencari inspirasi dan menulis sajak di pinggiran Stasiun Senen. 

Djamaluddin Malik juga merupakan seniman Indonesia yang tumbuh dan besar di kawasan Senen. Diantara para seniman Senen, Djamaluddin dikenal sebagai seorang yang dermawan. Dia menjadi bos atau raja seniman Senen. 

Selain nama-nama di atas, para Seniman Senen yang kelak menjadi orang-orang sukses antara lain Usmar Ismail, Misbach Yusa Biran, Sobron Aidit, Soekarno M Noer, Wim Omboh. 

Dipilihnya Pasar Senen menjadi tempat berkumpulnya para seniman dikarenakan dekatnya kawasan tersebut dengan Gedung Kesenian Jakarta dan studio film Golden Arrow dan dari sini juga orang bisa mencapai segala penjuru Jakarta dengan biaya amat murah. 

Pada era 1950-an, tempat kumpul paling ternama adalah kedai Masakan Padang "Ismail Merapi" Di tempat ini tak hanya para seniman saja yang berkumpul tetapi juga para pencatut, preman dan gelandangan. Disini mereka berbaur hidup dengan penuh kedamaian dan harmonis. 

Pada tahun 1968, gubernur Jakarta, Ali Sadikin, meresmikan Taman Ismail Marzuki dan kemudian mendirikan Institut Kesenian Jakarta. Selain sebagai objek wisata, tempat ini juga diperuntukkan bagi para seniman yang hendak mengembangkan bakat dan kemampuannya. Sejak saat itu maka mereduplah nama besar Seniman Senen. 

Kini Cikini dengan Taman Ismail Marzuki-nya telah menggantikan Planet Senen sebagai tempat pembiakan para seniman muda 

SJUMANDJAJA salah satu bagian dari Seniman Senen


Sjumandjaja adalah orang perfilman Indonesia, besar dari bagian Seniman Senen, orang tua dari Wong Aksan (mantan drummer DEWA 19) dan Djenar Maesa Ayu. 

Film yang disutradarainya antara lain, Si Doel Anak Betawi (1973) 



Sjumandjaja menempuh pendidikan di Sekolah Lanjutan Atas (SLA) Taman Siswa. Setelah lulus SLA, ia mulai menulis cerpen, sajak, kritik sastra dan juga mulai mencoba bermain peran-peran kecil di sejumlah film. Pada tahun 1956, cerpen berjudul Keroncong Kemayoran yang dibuatnya kemudian diadaptasi menjadi sebuah film berjudul Saodah yang diproduksi oleh PT Persari. Pada tahun 1958, ia kemudian bekerja di PT Persari dan bertugas dalam dapartemen penulisan yang dipimpin oleh Asrul Sani. 

Karya Sastra lain yang pernah ia tulis adalah buku "AKU" berdasarkan perjalanan hidup Chairil Anwar, yang dibaca Rangga dalam film AADC. 



03 Agustus 2020

STASIUN PASAR SENEN TAHUN 1947 & ISTILAH GARONG

Para ex Romusha menunggu rangkaian Kereta Api Jarak Jauh di Spoor 1 Stasiun Pasar Senen untuk dipulangkan ke daerah masing-masing. 


Ada cerita sedikit tentang ex Romusha ini, nasib mereka tidak menentu. Sedikit yang bernasib baik, ada sebagian yang menjadi garong di daerah Tagogapu, Padalarang. 
Orang tidak berani bila waktu sudah sore sekitar pukul 17.00 melintasi daerah tersebut, para garong ini tidak perduli korbanya dari Republik atau pihak Belanda, selama punya harta dan uang yang banyak, dibabat habis tanpa ampun oleh garong. Garong rata-rata bersenjata pendek. Bila ada Karabin, larasnya dipotong sedikit agar mudah disembunyikan di sarung. 

Garong adalah singkatan dari Gabungan Romusha Ngamuk. Mereka itu semua ada karena keadaan di waktu itu yang sangat sulit menentukan pilihan. Garong ini sudah menyebar ke Jawa Tengah hingga di kaki gunung Dieng