02 April 2020

VIETNAM ROSE

Saat Perang Vietnam berkecamuk, dikabarkan berkecamuk pula penyakit kelamin yang sulit disembuhkan yaitu Vietnam Rose (Black Pox) 
Tragedi kemanusiaan di Camp Vietnam, Pulau Galang, Batam, juga masih meninggalkan cerita. Salah satu cerita yang miris adalah serangan penyakit mematikan yang dikenal dengan Vietnam Rose. Itu pula yang membuat camp para pengungsi asal Vietnam itu terisolasi dari dunia luar. Orang Batam dilarang keras masuk ke lokasi tersebut. Sedangkan mereka yang keluar atau kabur dari pengungsian, bisa-bisa mati ditembak. Aparat yang diterjunkan untuk mengawasi camp, tak segan menembak dan memenjarakan pengungsi yang mencoba melarikan diri dari kawasan di pulau kecil itu. 

Sepintas Vietnam Rose terdengar sebagai sebuah bunga mawar. Namun ternyata hal itu bukan spesies bunga mawar. Vietnam Rose ternyata sebutan untuk penyakit kelamin yang marak pada masa perang Vietnam. Indikasinya bercak-bercak merah pada alat kelamin. Disebabkan kuman sifilis atau treponema pallidum. Penyakit ini memiliki gejala yang relatif sama. Untuk menangkalnya, pengobatan dilakukan dengan pemberian antibiotik. Namun pada Vietnam Rose, kuman tersebut bermutasi menjadi strain baru yang kebal terhadap antibiotik dengan dosis tertentu. Hasilnya lebih ganas menyerang. Mutasi kuman ini membuat Vietnam Rose menjadi penyakit paling menjijikan pada masa itu. Tak heran pengungsi Vietnam yang di Pulau Galang dilarang keras keluar dari camp agar tidak menjadi sumber penyebaran penyakit tersebut. 
AMSUS (Association of Military Surgeons of the U.S.) pasca perang Vietnam bahkan sampai membuat kajian khusus yang dilaporkan kepada kongres untuk membentuk program perawatan khusus bagi veteran yang terjangkit penyakit ini. 

Ada sekitar 250 ribu pengungsi yang ditempatkan di Pulau Galang tersebut. Mereka mengungsi dari Vietnam ketika pecah perang saudara di negara komunis tersebut. Ribuan warga Vietnam memilih mengungsi dengan perahu kayu karena perang. Tidak jarang diantara mereka tewas di tengah lautan. Berbulan-bulan mereka terombang-ambing di laut tanpa arah dan tujuan sebelum terdampar di Pulau Galang. Begitu tiba di darat, mereka lantas membakar perahu-perahu yang mereka tumpangi karena takut dipulangkan kembali ke negaranya. 
Di Pulau Galang, mereka diurus Komisi Tinggi Pengungsian PBB (United Nation High Commission for Refugee/UNHCR) 
Sejak tahun 1997, diantara mereka sudah banyak yang berada di negara ketiga dan kembali ke Vietnam. Dalam beberapa tahun sekali, mereka kembali ke Pulau Galang untuk mengenang peristiwa menyakitkan tersebut 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar