Banyak literatur yang menjelaskan tentang sosok Augustijn Michiels, atau yang akrab dipanggil Major Jantje.
Salah satunya adalah buku karangan Johan Fabricius.
Secara detail saya tidak akan menjelaskan disini, namun saya akan menyajikan secara umum tentang siapa Major Tjantje dan lokasi rumah megahnya yang dikenal dengan Villa Citrap.
Sebagian besar bangunan berada di dekat sungai, sebagai contoh landhuis Cileungsi yang berada dipinggiran kali Cikeas dan landhuis Rawasoedat yang ada di Wanaherang yang saat ini menjadi pabrik garmen.
Keberadaan landhuis/Villa Tjitrap ini mungkin sebagian besar sudah diketahui oleh banyak pecinta sejarah.
Jika anda dari Jakarta, destinasi pertama yang harus anda tuju adalah Polsek Citeureup. Lokasi gang masuk ke area komplek villa ini ada di Polsek Citeureup dan gang masuk makam keramat Pangeran Sake. Disana anda akan menemukan gang Bioskop Atoom. Disanalah letak gerbang utama masuk area komplek Villa Tjitrap milik sang tuan tanah terkaya di pulau Jawa pada masanya, mengalahkan Van Motman dan Bosscha di Bandung.
Paling kayanya berbanding 3000 kali lipat dari orang paling kaya se Kanada saat itu karena berkat usaha sarang burung waletnya di Klapanunggal.
Di dekat komplek Villa Tjitrap juga ada situs cagar budaya Pangeran Sake.
Daerah ini adalah taman dan kebun dengan rerumputan dan bunga yang tidak pernah kering, kursi kayu dan meja yang sengaja ditaruh di luar ruangan untuk menjamu para tamu undangan, banyak patung dari bahan marmer yang di import langsung dari eropa, batu taman yang tersusun rapi, pepohonan rindang dan kolam kecil ditengah kebun, panorama yang indah dari teras belakang, lembah hambalang dan lembah-lembah hijau yang membuat siapa saja yang memandang ingin tetap di sana.
Beberapa pejabat Hindia Belanda sering berkunjung ke kediaman Augustijn Michiels, karena memang surga bagi kaum pejabat. Para tamu undangan berduyun-duyun menggunakan kereta kuda melewati jalur groote postweg (jalan raya pos) sesampainya di flyover Cibinong, mereka tinggal belok ke kiri sampai ketemu dengan gerbang utama Villa Tjitrap.
Bisa juga melewati jalan Tapos Depok yang merupakan jalan alternatif dari Batavia menuju Buitenzorg.
Jika rombongan kelelahan, bisa mampir ke kedai kopi yang tersedia di Landhuis Cilodong (sekarang kantor kecamatan Tapos)
Landhuis Cilodong adalah satu-satunya landhuis yang memiliki pabrik kopi sendiri karena komoditi utama dari landhuis ini adalah kopi dan karet.
Para rombongan pejabat VOC yang diundang Mayor Janjte biasanya membawa puluhan pengawal karena di beberapa titik jalur banyak perampok yang menunggu kedatangan mereka. Sebagai contoh di daerah Ciriung pernah terjadi perampokan terhadap rombongan pejabat dari Batavia.
Keseharian di Villa Tjitrap dipenuhi dengan pesta dan pertemuan sosial di kediamannya sendiri dengan tamu-tamu yang enggan pergi dan akhirnya tinggal juga di kediamannya.
Sang Mayor sendiri selain mengurusi berbagai real estate dan bisnis sarang burung waletnya, kelihatan tidak kekurangan wanita. Yang paling menarik adalah Mayor Jantje telah membawa nuansa Eropa kedalam suasana Batavia tempo dulu.
Pesta-pestanya yang meriah itu telah meleburkan dua budaya dan meninggalkan warisan unik yaitu musik Tanjidor.
Perjalanan sang tuan tanah sekaligus pemimpin pasukan kaum Papango ini menjadi menarik karena ia adalah pencetus kesenian daerah betawi. Kecintaannya pada pesta dan musik membuat banyak orang senang.
Sang Mayor setiap sabtu malam menyuruh orkesnya memainkan musik. Ada yang dari Senen, Tionghoa dan Jawa. Semuanya bersatu memainkan karya terbaiknya didepan Sang Mayor dan tamu-tamunya. Kehidupan seperti itu tentunya membutuhkan dana yang cukup besar. Tidak masalah bagi Sang Mayor karena ia memperoleh penghasilan yang luar biasa besar dari hasil mengambil sarang burung walet di Klapanunggal, aset yang luar biasa besar warisan ayahnya dan menyewakan tanahnya yang sangat luas kepada orang Arab dan orang Cina.
Sang Mayor sangat kesepian setelah ditinggal mati oleh istrinya. Ia sendiri menikah dua kali dan kedua istrinya itu meninggal. Kecintaannya pada Davida, istri keduanya, diungkapkan dengan membuat makam yang sangat bagus di Batavia.
Salah satu kelebihan yang juga menjadi kelemahannya adalah ia terlalu baik kepada sahabat-sahabatnya. Sahabat yang diundang menginap di Villa Citrap tak langsung kembali ke kota asalnya, tetapi tetap tinggal disana dan otomatis membebani belanja rumah tangganya. Hal itu menjadi keberatan budaknya dan putrinya, namun ia menghiraukan hal itu. Baginya, ia masih cukup kaya dari hasil sarang burung walet dan sewa tanah.
Di akhir hidupnya, Sang Mayor malah mengurusi Keluarga Overste dengan istrinya yang gila harta sampai berhutang ke lintah darat dan anak laki-lakinya, Vincent, yang hobbynya main perempuan, berjudi dan mabuk-mabukan. Juga dengan keluarga da Silva ataupun Keluarga Fernandes yang cuma numpang di Citrap.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar