26 Februari 2022

ANDJING NICA

Batalyon Andjing NICA adalah sebuah batalyon dari Tentara Hindia Belanda (KNIL) yang beroperasi antara tahun 1945-1950. Batalyon ini disegani dalam operasi kontra gerilya dan turut serta dalam Agresi Militer 1 & 2. 
Batalyon ini kemudian ditugaskan ke Banjarmasin hingga saat pembubarannya sesuai dengan keputusan Konferensi Meja Bundar. 
Kemudian sebagian anggota batalyon bergabung dengan Angkatan Perang Republik Indonesia Serikat (APRIS) 
Sebagian memilih demisioner dan sebagian lagi bergabung dengan Tentara Kerajaan Belanda. 

Batalyon ini dibentuk di Bandung pada tanggal 2 Desember 1945, pada masa konflik dan kekacauan sosial sejak takluknya Jepang kepada Sekutu. 

Batalyon ini terdiri dari bekas tawanan perang dan interniran orang Belanda dan indo, serta orang pribumi yang mendaftar seperti Ambon, Manado, Timor. 

Komandan batalyon pertama ialah Kapten J.C. Pascua. Batalyon ini dilatih di gedung bekas Akademi Militer Kerajaan di Bandung. 

Julukan 'Andjing NICA' karena mereka menggunakan lencana 'anjing menyalak' sebagai identitas batalyon. 


Pada awalnya batalyon ini melakukan patroli dan operasi pembersihan di wilayah Cimahi. Setelah kedatangan tiga batalyon militer sukarelawan dari Belanda pada bulan April 1946 maka daerah operasi merekapun diperluas, sehingga mencakup Bandung utara dan selatan. 

Pada masa Agresi Militer 1, batalyon ini memulai operasi dari Bandung, kemudian ke Palintang, Tanjungsari, Cirebon, Tegal, Purwokerto dan Gombong. Batalyon ini juga diterjunkan di Pangandaran serta Karanganyar. 

Pada masa gencatan senjata setelah Agresi Militer I, batalyon ini melakukan operasi di Kroya dan Ajibarang. 

Pada masa Agresi Militer 2, batalyon ini bergerak dari Gombong ke Purworejo, kemudian ke Magelang. 

Saat Perjanjian Roem Roijen, batalyon ini ditugaskan untuk mengamankan jalur evakuasi Salam, Muntilan, Pabelan dan Blondo. Selanjutnya tugas batalyon ini beralih pada penjagaan keamanan. 




Tidak ada komentar:

Posting Komentar