Benang Merah

27 Februari 2022

KOTAK PANDORA

Kotak Pandora adalah mitologi Yunani. 
Kotak indah yang diberikan oleh para dewa kepada wanita manusia pertama "Pandora" pada pesta pernikahan Pandora dengan Epimetheus. 
Akan tetapi Pandora dilarang untuk membuka kotak tersebut.
Namun, Pandora amat penasaran dengan isi kotak itu dan ia pun membukanya. 
Ternyata kotak itu berisi segala macam teror dan hal buruk bagi manusia, antara lain masa tua, rasa sakit, kegilaan, wabah penyakit, keserakahan, pencurian, dusta, kedengkian, kelaparan dan berbagai malapetaka lainnya.
Dan dengan terbukanya kotak itu, segala kejahatan pun berhasil bebas dan menjangkiti umat manusia. 
Semua keburukan itu merupakan hukuman dari Zeus atas tindakan pencurian api Olimpus oleh Prometheus.
Pandora amat menyesali perbuatannya. Ketika ia kembali melihat ke dalam kotak, ada satu hal yang masih tersisa di dalam kotak dan tak mampu terbang bebas, hal tersebut adalah harapan. 


Diposting oleh Benang Merah di 20:01 Tidak ada komentar:
Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Bagikan ke XBerbagi ke FacebookBagikan ke Pinterest

Maria van Engels


Bismillahirrohmanirrohiim 
Maria Van Engels atau lebih dikenal dengan panggilan Jidah Enon adalah menantu dari Habib Ali Kwitang. 
Ayahnya seorang Belanda bernama belakang Van Engels, sementara ibunya adalah seorang wanita asal Wonosobo. Mereka menikah saat ayahnya bertugas di ondernaming (perkebunan) teh di Dieng. Pasangan ini dikaruniai dua puteri, yaitu Maria dan Lies van Engels.

Pada suatu malam di tahun 1961, Maria yang sedang sakit menginginkan semua keluarga disisinya. Saat pemakamannya, hadir pula sejumlah ulama dan kyai terkemuka di Jakarta, diantaranya KH. Abdullah Syafi'ie, KH. Tohir Rohili dan KH. Noer Ali. 
Keluarganya sempat mengirimkan telegram ke adiknya Lies, yang saat itu telah bermukim di negeri Belanda. 

Salah satu cucunya dari anak yang bernama Salmah, yaitu Alwi Shahab, merupakan salah satu wartawan dan budayawan betawi terkemuka di Indonesia. 

Semasa mudanya, Maria bekerja di toko penjahit. Ia menikah dengan putera sulung Habib Ali Kwitang yang bernama Abdrurrahman sekitar tahun 1880. Suaminya wafat pada tahun 1940. Dari perkawinannya dengan Abdurrahman, ia memiliki beberapa putera-puteri, diantaranya Salmah (Endah Dame) dan Muchdor. 

Alfatehah khususon Ruhi Jidah Enon,,, 
Diposting oleh Benang Merah di 19:55 Tidak ada komentar:
Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Bagikan ke XBerbagi ke FacebookBagikan ke Pinterest

PRASASTI CALCUTA

Prasasti Calcuta merupakan peninggalan zaman pemerintahan Airlangga yang menjelaskan tentang beberapa peristiwa serta silsilah keluarga Raja secara berurutan. Prasasti ini disimpan di Museum India di Kolkata (Calcutta) 
Prasasti ini ditemukan oleh Thomas Stamford Raffles, kemudian Raffles menyerahkan prasasti itu kepada atasannya, Gubernur Jenderal Inggris di India, Lord Minto. 

Alih aksara dalam bahasa Sanskerta (Witasari, 2009) adalah sbb : 
  1. // svasti // tribhira piguna airu petonŗņa āvvidhānesthi tautathā pralaye aguņaiti yaħ prasiddhasta smaidhāthre namas satatam
  2. agaņi vikrama guruņā praņam yamānas surādhipe nasadã piyas trivikrama iti prathito loke namasta smai 
  1. Selamat! Hormat selalu baginya, yang diberkati dengan ketiga guna ketika takdir para manusia telah ditetapkan, hingga ketika kehancuran telah diatur, demikian bagi Pencipta tidak memiliki guna
  2. Hormat baginya, demikianlah triwikarma yang dikenal dunia oleh langkah yang besar tanpa perhitungan, juga selalu hormat oleh pikiran raja para dewa 

Peter Brian Ramsey Carey, sejarawan asal Inggris, meminta Pemerintah Indonesia melakukan pendekatan kepada Pemerintah India dan keluarga Lord Minto, untuk dapat memulangkan Prasasti ini sebab prasasti ini dalam kondisi kurang terawat dan tergeletak terkena hujan dan panas diluar gudang Museum Kalkuta, namun kepastian pengembalian prasasti penting tersebut belum jelas hingga kini 




Diposting oleh Benang Merah di 04:02 Tidak ada komentar:
Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Bagikan ke XBerbagi ke FacebookBagikan ke Pinterest

26 Februari 2022

Arung Palakka

ARUNG PALAKKA, JAGOAN BATAVIA dari Bugis. 

Jauh sebelum menaklukan Sultan Hasanuddin di Selat Buton, Arung Palakka adalah seorang jagoan tanpa tanding yang ditakuti di seantero Batavia. 
Lelaki gagah berambut panjang dan matanya menyala-nyala ini memiliki nama yang menggetarkan seluruh jagoan dan pendekar di Batavia. 
Keperkasaan seakan dititahkan untuk selalu bersemayam bersamanya. 
Pria Bugis dengan badik yang sanggup memburai usus ini sudah malang melintang di Batavia sejak tahun 1660 ketika ia bersama pengikutnya melarikan diri dari cengkeraman Makassar.

Batavia di abad ke-17 adalah arena dimana kekerasan seakan dilegalisir demi pencapaian tujuan. 
Dimasa Gubernur Jenderal Joan Maetsueyker, kekerasan adalah udara yang menjadi napas bagi kelangsungan sistem kolonial. 
Kekerasan adalah satu-satunya mekanisme untuk menciptakan ketundukan pada bangsa yang harus dihardik dulu agar taat dan siap menjadi sekrup kecil dari pasang naik kolonialisme Eropa. 
Kekerasan itu seakan meneguhkan apa yang dikatakan filsuf Thomas Hobbes, bahwa manusia pada dasarnya jahat dan laksana srigala yang saling memangsa sesamanya. Pada titik inilah Arung Palakka menjadi seorang perkasa bagi sesamanya.

Saya menemukan nama Arung Palakka saat membaca sebuah arsip di Arsip Nasional Republik Indonesia (ANRI) 
Saya juga membaca sebuah novel yang berisikan data sejarah tentang Batavia dimasa silam dengan sejarah kelam yang membuat bulu kuduk bergidik. 
Selama beberapa hari ini, sejarah Batavia seakan berpusar terus di benak saya. Berbagai referensi itu menyimpan sekelumit kisah tentang pria yang patungnya dipahat dan berdiri gagah di tengah Kota Watampone.

Arung Palakka adalah potret keterasingan dan menyimpan magma semangat yang menggebu-gebu untuk penaklukan. 
Ia terasing dari bangsanya, bangsa Bugis yang kebebasannya terpasung. 
Namun ia bebas sebebas merpati yang melesat dan meninggalkan jejak di Batavia. Ia sang penakluk yang terasing dari bangsanya. 
Malang melintang di kota sebesar Batavia, keperkasaannya kian memuncak tatkala ia membangun persekutuan yang menakutkan bersama dua tokoh terasing lainnya yaitu pria Belanda bernama Cornelis Janszoon Speelman dan seorang Ambon yang juga perkasa bernama Kapiten Jonker. 
Ketiganya membangun persekutuan rahasia dan memegang kendali atas VOC pada masanya, termasuk monopoli perdagangan emas dan hasil bumi.
Ketiga tokoh yang teralienasi ini adalah horor bagi jagoan dimasa itu. 
Speelman adalah petinggi VOC yang jauh dari pergaulan VOC. Dia tersisih dari pergaulan karena terbukti terlibat dalam sebuah perdagangan gelap saat masih menjabat sebagai Gubernur VOC di Coromandel tahun 1665. 
Arung Palakka adalah pangeran Bugis yang hidup terjajah dalam tawanan Makassar. 
Ia memberontak dan bersama pengikutnya melarikan diri ke Batavia. 
VOC menyambutnya dengan baik dan memberikan daerah di pinggiran Kali Angke hingga serdadu Bugis ini disebut To Angke atau orang Angke. 
Sedang Kapiten Jonker adalah seorang panglima yang berasal dari Pulau Manipa, Ambon. 
Dia punya banyak pengikut setia, namun tidak pernah menguasai satu daerah dimana orang mengakuinya sebagai daulat. 
Akhirnya dia bergabung dengan VOC di Batavia. Rumah dan tanah luas di daerah Marunda dekat Cilincing diberikan VOC kepadanya. 

Sumber : grup FB Bugis 


Diposting oleh Benang Merah di 16:45 Tidak ada komentar:
Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Bagikan ke XBerbagi ke FacebookBagikan ke Pinterest

ANDJING NICA

Batalyon Andjing NICA adalah sebuah batalyon dari Tentara Hindia Belanda (KNIL) yang beroperasi antara tahun 1945-1950. Batalyon ini disegani dalam operasi kontra gerilya dan turut serta dalam Agresi Militer 1 & 2. 
Batalyon ini kemudian ditugaskan ke Banjarmasin hingga saat pembubarannya sesuai dengan keputusan Konferensi Meja Bundar. 
Kemudian sebagian anggota batalyon bergabung dengan Angkatan Perang Republik Indonesia Serikat (APRIS) 
Sebagian memilih demisioner dan sebagian lagi bergabung dengan Tentara Kerajaan Belanda. 

Batalyon ini dibentuk di Bandung pada tanggal 2 Desember 1945, pada masa konflik dan kekacauan sosial sejak takluknya Jepang kepada Sekutu. 

Batalyon ini terdiri dari bekas tawanan perang dan interniran orang Belanda dan indo, serta orang pribumi yang mendaftar seperti Ambon, Manado, Timor. 

Komandan batalyon pertama ialah Kapten J.C. Pascua. Batalyon ini dilatih di gedung bekas Akademi Militer Kerajaan di Bandung. 

Julukan 'Andjing NICA' karena mereka menggunakan lencana 'anjing menyalak' sebagai identitas batalyon. 


Pada awalnya batalyon ini melakukan patroli dan operasi pembersihan di wilayah Cimahi. Setelah kedatangan tiga batalyon militer sukarelawan dari Belanda pada bulan April 1946 maka daerah operasi merekapun diperluas, sehingga mencakup Bandung utara dan selatan. 

Pada masa Agresi Militer 1, batalyon ini memulai operasi dari Bandung, kemudian ke Palintang, Tanjungsari, Cirebon, Tegal, Purwokerto dan Gombong. Batalyon ini juga diterjunkan di Pangandaran serta Karanganyar. 

Pada masa gencatan senjata setelah Agresi Militer I, batalyon ini melakukan operasi di Kroya dan Ajibarang. 

Pada masa Agresi Militer 2, batalyon ini bergerak dari Gombong ke Purworejo, kemudian ke Magelang. 

Saat Perjanjian Roem Roijen, batalyon ini ditugaskan untuk mengamankan jalur evakuasi Salam, Muntilan, Pabelan dan Blondo. Selanjutnya tugas batalyon ini beralih pada penjagaan keamanan. 




Diposting oleh Benang Merah di 09:09 Tidak ada komentar:
Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Bagikan ke XBerbagi ke FacebookBagikan ke Pinterest

Tome Pires penulis buku Suma Oriental

Tome Pires adalah seorang penulis dan bendahara Portugis. Karya terbesarnya berjudul Suma Oriental (Dunia Timur) yang menceritakan penjelajahan pedagang Portugis hingga menguasai anak benua india dan Malaka. Buku tersebut memberikan banyak informasi mengenai keadaan Indonesia pada abad ke-16. 

Uraiannya tentang Jawa dan Kerajaan Sunda sangat lengkap sehingga digunakan sebagai salah satu sumber tertua Kota Jakarta. 



Diposting oleh Benang Merah di 08:36 Tidak ada komentar:
Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Bagikan ke XBerbagi ke FacebookBagikan ke Pinterest

Kamus Bahasa Langka

Tengara : tanda/firasat
Diposting oleh Benang Merah di 06:52 Tidak ada komentar:
Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Bagikan ke XBerbagi ke FacebookBagikan ke Pinterest

Jan Daniel Beynon

Jan Daniel Beynon adalah seorang pelukis yang lahir di Batavia pada tahun 1830 dan meninggal pada tahun 1877. 
Pada tahun 1848, Beynon pindah ke Belanda untuk belajar di Koninlijke Academy Amsterdam. 
Tahun 1855, Beynon kembali ke Batavia dan mendirikan studio yang sekaligus menjadi rumahnya di Molenvliet oost (sekarang Jl. Hayam Wuruk)

Beynon adalah seorang pelukis pemandangan, kehidupan dan potret Batavia. Karya-karyanya dikoleksi di Tropenmuseum, Amsterdam. 



Diposting oleh Benang Merah di 06:00 Tidak ada komentar:
Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Bagikan ke XBerbagi ke FacebookBagikan ke Pinterest

25 Februari 2022

Mendez Pinto

Mendez Pinto adalah seorang penjelajah Portugis. Perjalanannya dicatat dalam memoar otobiografinya. Keluarga Pinto memiliki monopoli perdagangan lada di Portugal. Pada tahun 1521, pamannya membawanya ke Lisbon. Disana, Pinto dipekerjakan sebagai pembantu rumah tangga seorang wanita bangsawan. Setelah sekitar delapan belas bulan, Pinto melarikan diri. Di dermaga, ia dipekerjakan sebagai anak buah kapal kargo menuju Setubal. Dalam perjalanan, perompak Prancis menangkap kapal dan para penumpang ditempatkan di pantai di Alentejo. 
Pada usia 28 tahun, Pinto bergabung dengan Armada India Portugis. 
Perjalanan Pinto dapat dibagi menjadi tiga fase. 
Pertama, dari Portugal ke India. 
Kedua, melalui wilayah Laut Merah dari pantai Afrika ke Teluk Persia. 
Ketiga, dari timur India ke Sumatera, Siam, Cina dan Jepang. 
Lalu Pinto kembali ke Eropa. 



Diposting oleh Benang Merah di 16:30 Tidak ada komentar:
Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Bagikan ke XBerbagi ke FacebookBagikan ke Pinterest
Postingan Lebih Baru Postingan Lama Beranda
Langganan: Postingan (Atom)

Mengenai Saya

Foto saya
Benang Merah
Lihat profil lengkapku

Arsip Blog

  • ▼  2022 (12)
    • ►  April (1)
    • ►  Maret (2)
    • ▼  Februari (9)
      • KOTAK PANDORA
      • Maria van Engels
      • PRASASTI CALCUTA
      • Arung Palakka
      • ANDJING NICA
      • Tome Pires penulis buku Suma Oriental
      • Kamus Bahasa Langka
      • Jan Daniel Beynon
      • Mendez Pinto
  • ►  2021 (3)
    • ►  April (2)
    • ►  Maret (1)
  • ►  2020 (86)
    • ►  Oktober (10)
    • ►  September (3)
    • ►  Agustus (12)
    • ►  Juli (6)
    • ►  Juni (32)
    • ►  Mei (4)
    • ►  April (15)
    • ►  Maret (4)
Tema Tanda Air. Diberdayakan oleh Blogger.