27 Februari 2022
KOTAK PANDORA
Maria van Engels
Maria Van Engels atau lebih dikenal dengan panggilan Jidah Enon adalah menantu dari Habib Ali Kwitang.
PRASASTI CALCUTA
- // svasti // tribhira piguna airu petonŗņa āvvidhānesthi tautathā pralaye aguņaiti yaħ prasiddhasta smaidhāthre namas satatam
- agaņi vikrama guruņā praņam yamānas surādhipe nasadã piyas trivikrama iti prathito loke namasta smai
- Selamat! Hormat selalu baginya, yang diberkati dengan ketiga guna ketika takdir para manusia telah ditetapkan, hingga ketika kehancuran telah diatur, demikian bagi Pencipta tidak memiliki guna
- Hormat baginya, demikianlah triwikarma yang dikenal dunia oleh langkah yang besar tanpa perhitungan, juga selalu hormat oleh pikiran raja para dewa
Peter Brian Ramsey Carey, sejarawan asal Inggris, meminta Pemerintah Indonesia melakukan pendekatan kepada Pemerintah India dan keluarga Lord Minto, untuk dapat memulangkan Prasasti ini sebab prasasti ini dalam kondisi kurang terawat dan tergeletak terkena hujan dan panas diluar gudang Museum Kalkuta, namun kepastian pengembalian prasasti penting tersebut belum jelas hingga kini
26 Februari 2022
Arung Palakka
ANDJING NICA
Batalyon ini dibentuk di Bandung pada tanggal 2 Desember 1945, pada masa konflik dan kekacauan sosial sejak takluknya Jepang kepada Sekutu.
Batalyon ini terdiri dari bekas tawanan perang dan interniran orang Belanda dan indo, serta orang pribumi yang mendaftar seperti Ambon, Manado, Timor.
Komandan batalyon pertama ialah Kapten J.C. Pascua. Batalyon ini dilatih di gedung bekas Akademi Militer Kerajaan di Bandung.
Julukan 'Andjing NICA' karena mereka menggunakan lencana 'anjing menyalak' sebagai identitas batalyon.
Pada awalnya batalyon ini melakukan patroli dan operasi pembersihan di wilayah Cimahi. Setelah kedatangan tiga batalyon militer sukarelawan dari Belanda pada bulan April 1946 maka daerah operasi merekapun diperluas, sehingga mencakup Bandung utara dan selatan.
Pada masa Agresi Militer 1, batalyon ini memulai operasi dari Bandung, kemudian ke Palintang, Tanjungsari, Cirebon, Tegal, Purwokerto dan Gombong. Batalyon ini juga diterjunkan di Pangandaran serta Karanganyar.
Pada masa gencatan senjata setelah Agresi Militer I, batalyon ini melakukan operasi di Kroya dan Ajibarang.
Pada masa Agresi Militer 2, batalyon ini bergerak dari Gombong ke Purworejo, kemudian ke Magelang.
Saat Perjanjian Roem Roijen, batalyon ini ditugaskan untuk mengamankan jalur evakuasi Salam, Muntilan, Pabelan dan Blondo. Selanjutnya tugas batalyon ini beralih pada penjagaan keamanan.