Permainan adu jangkrik sudah ada sejak zaman dahulu. Permainan ini berasal dari Cina. Dalam buku A History of Chinese Entomology, You Zhou, adu jangkrik telah ada sejak zaman Dinasti Tang. Ketika para pedagang-pedagang Cina melanglang buana ke berbagai tempat, permainan adu jangkrik pun ikut menyebar. Tak terkecuali di Indonesia.
Raffles menjadi saksi dari segala apa yang ada di tanah Jawa pada awal abad ke-19. Dalam bukunya, History of Java, Raffles menceritakan ada berbagai arena adu hewan di berbagai tempat di pulau Jawa. Ada adu burung puyuh, adu ayam jago, sampai adu macan melawan kerbau. Raffles juga menemui adu jangkrik yang biasa digelar di sejumlah pasar
"Orang biasa masih bergembira dengan bertaruh antara dua jangkrik yang kesehariannya digelar di pasar. Hewan-hewan kecil yang dikurung dalam bambu kecil yang terbuka sebagian, dianggap menjadi hiburan yang cukup menarik"
Mengutip dari buku, Permainan Tradisional Indonesia, terbitan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan (1998) anak-anak di Indonesia mencari jangkrik pada musim panen padi kedua atau gadon.
Jenis jangkrik yang diadu adalah jangkrik kalung.
Denys Lombard dalam bukunya, Nusa Jawa: Silang Budaya Jilid 2 - Jaringan Asia, adu jangkrik adalah kegemaran masyarakat Jawa. Tak hanya pribumi Jawa, tetapi juga orang Tionghoa dan kaum peranakan juga memainkan dan memudahkan penyebarannya. Bahkan permainan tersebut juga dimainkan oleh orang-orang keraton Yogyakarta yang dipimpin Sultan Hamengkubuwono VII (1877-1921)
Di luar Jawa juga ada adu jangkrik. Contohnya di Bali disebut maluan, di Aceh daruet kleng.
Snouck Hurgronje dalam bukunya, Aceh: Rakyat dan Adat Istiadatnya, Volume 2, menulis "Calon Sultan adalah seorang penggemar daruet kleng dan kadang memasang taruhan besar"
Javanolog peranakan Tionghoa, Tjan Tjoe Siem, lewat majalah Djawa, tahun 1940, menyebut adu jangkrik menjadi ajang judi. Sama seperti di tanah kelahirannya, adu jangkrik sebagai praktik perjudian ramai dilakukan di Jawa Tengah dan tidak sedikit orang Tionghoa ikut pat sik soet (adu jangkrik)
''Pusat-pusat aduan jangkrik yang taruhannya tiada kecil adalah kota Magelang, Yogyakarta, dan Solo''
Dalam otobiografinya, bung karno bercerita bahwa saat kecil ia suka bermain di luar rumah. Ada banyak permainan rakyat yang dimainkan, adu jangkrik salah satunya. Kegemarannya bermain adu jangkrik saat kecil, pernah diceritakannya di Istana Merdeka pada 18 November 1966.
Nostalgia masa kecilnya itu disampaikan dihadapan olahragawan Indonesia yang akan berlaga dalam ajang Asian Games di Bangkok, Thailand.
"Pada waktu aku masih kecil, lebih kecil pula seperti engkau yang berdiri di muka ini. Malahan satu-satunya olahragaku pada waktu itu ialah berjalan, ngeluyur nretek nrotek pinggir sawah mencari jangkrik. Kalau boleh dinamakan itu sport, sport adu jangkrik"
Tidak ada komentar:
Posting Komentar