23 September 2020

Fungsi kantong kecil pada celana Jeans

Kantong imut yang ada di celana jeans ternyata dulunya berfungsi untuk menyimpan jam tangan para koboi. 
Telah dibahas oleh ahli jeans dan tekstil dalam beberapa forum. Salah satu jawaban datang dari Renata Janoskova, pengguna jeans yang menjawab berdasarkan kutipan pada website Levi Strauss, kantong kecil pada jeans, berfungsi sebagai kantong jam. Kantong kecil ini cukup untuk jam tangan. Levis membuat kantong kecil untuk menggantungkan jam tangan koboi. Namun hingga saat ini kantong kecil tersebut tetap menjadi mode dan selalu ada pada jelana jeans merek apapun. 

Kembali pada tahun 1800, koboi menyimpan jam menggunakan kantong di celana mereka. Untuk menggantungnya, mereka menggunakan rantai. Untuk menjaga agar jam mereka tidak rusak, Levi Strauss akhirnya memperkenalkan saku kecil ini untuk menyimpan jam tangan. 





Sajak WS Rendra - Bersatulah pelacur-pelacur kota Jakarta

Bersatulah pelacur-pelacur kota Jakarta

Pelacur-pelacur kota Jakarta
Dari kelas tinggi dan kelas rendah
Telah diganyang
Telah di haru biru
Mereka kecut keder
Terhina dan tersipu-sipu

Sesalkan mana yang mesti kau sesalkan
Tapi jangan kau lewat putus asa
Dan kau relakan dirimu dibikin korban

Wahai pelacur-pelacur kota Jakarta
Sekarang bangkitlah
Sanggul kembali rambutmu
Karena setelah menyesal
Datanglah kini giliranmu
Bukan untuk membela diri melulu
Tapi untuk lancarkan serangan
Karena sesalkan mana yang mesti kau sesalkan
Tapi jangan kau rela dibikin korban

Sarinah
Katakan kepada mereka
Bagaimana kau dipanggil ke kantor menteri
Bagaimana ia bicara panjang lebar kepadamu
Tentang perjuangan nusa bangsa
Dan tiba-tiba tanpa ujung pangkal
Ia sebut kau inspirasi revolusi
Sambil ia buka kutangmu

Dan kau dasima
Kabarkan kepada rakyat
Bagaimana para pemimpin revolusi
Secara bergiliran memelukmu
Bicara tentang kemakmuran rakyat dan api revolusi
Sambil celananya basah
Dan tubuhnya lemes
Terkapai disampingmu
Ototnya keburu tak berdaya 


Politisi dan pegawai tinggi Adalah caluk yang rapi Kongres-kongres dan konferensi Tak pernah berjalan tanpa kalian Kalian tak pernah bisa bilang tidak Lantaran kelaparan yang menakutkan Kemiskinan yang mengekang Dan telah lama sia-sia cari kerja Ijazah sekolah tanpa guna Para kepala jawatan Akan membuka kesempatan Kalau kau membuka paha Sedang diluar pemerintahan Perusahaan-perusahaan macet Lapangan kerja tak ada

Revolusi para pemimpin
Adalah revolusi dewa-dewa
Mereka berjuang untuk sorga
Dan tidak untuk bumi
Revolusi dewa-dewa
Tak pernah menghasilkan lebih banyak lapangan kerja bagi rakyatnya


Kalian adalah sebagian kaum penganggur yang mereka ciptakan
Namun sesalkan mana yang kau sesalkan
Tapi jangan kau lewat putus asa
Dan kau rela dibikin korban


Pelacur-pelacur kota Jakarta
Berhentilah tersipu-sipu
Ketika kubaca di koran
Bagaimana badut-badut mengganyang kalian
Menuduh kalian sumber bencana negara
Aku jadi murka
Kalian adalah temanku
Ini tak bisa dibiarkan
Astaga
Mulut-mulut badut
Mulut-mulut yang latah
Bahkan seks mereka politikkan

Saudari-saudariku
Membubarkan kalian
Tidak semudah membubarkan partai politik
Mereka harus beri kalian kerja
Mereka harus pulihkan derajat kalian
Mereka harus ikut memikul kesalahan


Saudari-saudariku
Bersatulah
Ambillah galah
Kibarkan kutang-kutangmu diujungnya
Araklah keliling kota
Sebagai panji-panji yang telah mereka nodai
Kinilah giliranmu menuntut
Katakanlah kepada mereka 

Menganjurkan mengganyang pelacuran

Tanpa menganjurkan mengawini para bekas pelacur adalah omong kosong


Pelacur-pelacur kota Jakarta

Saudari-saudariku 

Jangan melulur keder pada lelaki
Dengan mudah kalian bisa telanjangi kaum palsu
Naikkan tarifmu dua kali
Dan mereka akan klabakan
Mogoklah satu bulan
Dan mereka akan puyeng
Lalu mereka akan berzina dengan isteri saudaranya 



22 September 2020

punk anti komunis

Untung saja Punk baru muncul tahun 90n. Seandainya Punk dengan ideologi anarkisme nya sudah muncul sejak 1965, mungkin dendam lebih kesumat lagi. 
Jangankan dengan Anarkis, PKI sebagai kekuatan komunis utama juga berseteru dengan para pengikut Tan Malaka (yang dituduh Trotskis) dan Sutan Sjahrir (yang dituduh Sosialis Kanan/Kapitalis) 

Di mata PKI, yang tidak mau ikut pemahaman komunis versi mereka, dianggap musuh. Sejalan dengan titah tuhan mereka di Moskow maupun Peking. 
Meskipun sama-sama beraliran kiri (sosialis), namun dari awal lahirnya, komunis yang diwakili oleh Marx dan Engels, serta Anarkisme yang diwakili Bakunin dan Kropotkin, telah bentrok habis-habisan sejak Internasionale Pertama seabad lalu, dimana seluruh kaum sosialis Eropa berkumpul untuk mengorganisir aksi mereka. 
Pada kongres tersebut, Bakunin mengecam konsep perebutan negara oleh kaum proletar (buruh) yang akan menyebabkan lahirnya tirani baru bernama negara Soviet. 
Sedangkan Marx mengkritik konsep destruktif Bakunin hanyalah utopia yang tidak mungkin terwujud. 
Dan ternyata ramalan Bakunin terbukti. Semenjak berdirinya komunis (1917) hingga runtuhnya (awal 90n) negara komunis telah menjadi monster bagi rakyatnya sendiri. Itulah apa yang disebut Bakunin sebagai “Kapitalisme Negara” 
Mereka menjadikan negara seperti sebuah perusahaan, dimana para petugas partai komunis adalah para administrator dan rakyat adalah budak-budaknya. 

Anak-anak Punk di akhir kejatuhan Orde Baru, punya pengalaman pahit bermesraan dengan kaum komunis dibawah payung Partai Rakyat Demokratik. 
Mereka, kaum pengagum Lenin dan Stalin, pernah mengibuli anak-anak Punk yang lugu secara politik untuk memperbesar kekuatan massa mereka, bahkan sebagian lagi dipekerjakan seperti budak dengan duduk sebagai pejabat partai di wilayah kota maupun daerah. 
Menjijikan bukan? 

Setelah Soeharto turun, barulah sebagian anak-anak Punk sadar. Selama ini mereka seperti sapi dicocok hidungnya. Mereka hanya jadi batu loncatan bagi para petualang politik macam Budiman Sudjatmiko, Andi Arief, Dita Indah Sari, Coen Husein Pontoh dan para serdadu Marxis penjilat lainnya. Sebagian mereka sekarang sudah jadi wakil rakyat, sebagian lagi jadi pejabat publik dan sisanya jadi ternak piaraan partai-partai koruptif. 

Peristiwa itu sulit dilupakan karena ternyata ada sebagian kawan-kawan Punk yang ikut terluka atau bahkan mati disiksa aparat saat demonstrasi bersama mereka, para pengagum si botak Lenin. Sementara mereka yang mati-matian membela partai harus menderita. Diluar sana, pejabat partai malah asik bercengkerama dengan musuh-musuh rakyat. Akibat kejadian itu, ada sebagian punkers yang kecewa, kemudian meninggalkan partai dan menjadi apolitis sama sekali. Sebagian lagi memendam perihnya dikibulin dan mengambil posisi berhadap-hadapan dengan politik beserta para pelakunya. 

Khusus untuk kaum Leninis-Stalinis, ada beberapa Punk yang menabuh genderang perang setiap apapun yang berbau palu arit. Kalau disurvey, mungkin mayoritas Punkers membenci komunis atas pengalaman tersebut. 
Di bawah ini ada beberapa sebabnya : 

1. Political Party Is Bullshit 
Dulu sempat ramai slogan ini, terutama setelah beberapa punggawa Punk di Jakarta, Bandung dan Surabaya merasa telah ditipu para petualang politik di PRD. Tadinya anak-anak Punk mengira perjuangan mereka adalah perjuangan suci membela kaum tertindas, tapi ternyata apa yang dilakukan mereka tidak ada bedanya sama sekali dengan politisi busuk lainnya. Mereka memanfaatkan jeritan rakyat untuk naik pangkat. Mereka melakukan aksi hanya untuk bahan promosi. Mereka menaruh simpati dengan harapan dikasihani. Lantas apa bedanya dengan partai lainnya kalau yang dilakukan sama saja. Akhirnya orang menjadi yakin bahwa partai politik sama saja. Apakah mereka pro wong cilik, atau kelihatan merakyat, atau teriak-teriak anti korupsi, sama saja. Kalau sudah kena sindrom kekuasaan, mereka cenderung cepat lapar dan haus sehingga menjadi rakus. Mereka memegang prinsip “bersatu untuk nafsu kekuasaan, berpolitik untuk kepentingan sendiri, berkuasa untuk meraih kenikmatan, berkampanye untuk meraih semua itu” 

2. Punk Menolak Hierarki dan Dogma 
Tidak ada seorang pun yang mengaku Marxis/Leninis/Stalinis/Maois yang tidak bercita-cita mendirikan partai. Sebab dalam konsep utamanya, kekuasaan/negara harus direbut lewat partai yang rapih dan mengikat, baik lewat cara-cara parlementer maupun lewat jalan kekerasan. Punk tidak mengenal partai, sebab partai mewakili kesan birokratis. Ada struktur dan aturan yang harus ditaati. Aturan inilah yang memungkinkan orang untuk menindas satu sama lain. Seseorang tidak memiliki hak untuk berpikir dan bertindak bebas dalam suatu sistem dimana segalanya serba dogmatis. Para ahli sejarah berkata ”komunis telah menjadi pesudo-religion” 
Pseudo religion berarti menyerupai agama, karena memang di dalam partai komunis semua kader harus tunduk pada titah ketua partai, bahkan ketika ketua partai membuat aturan cebok yang baik dan benar menurut Karl Marx, maka kader harus mengikuti bila tidak ingin dikatakan kontra revolusioner. 

3. Punk Ingin Revolusi Yang Membolehkan Punk Tetap Bermoshing Ria 
Masih ingat Koes Plus, di masa PKI jaya di awal 60n hingga tahun 65, mereka dipenjara karena dituduh memainkan musik kapitalistik. Bahkan Bung Karno melarang semua karya The Beatles dan band British Invasion lainnya dengan menyebutnya sebagai musik “ngak ngik ngok” yang tidak sesuai dengan arah revolusi bangsa. 
Atas nama revolusi, PKI memberangus karya seni yang bertentangan dengan paham mereka. Bahkan oleh mereka, karya seni dipakemkan harus begini dan harus begitu. Memang benar PKI tidak benci karya seni, tapi sikap arogannya terhadap orang-orang yang berseberangan dengan mereka, diberangus begitu saja tanpa ada penjelasan yang lebih masuk akal. 
Dimasa jayanya, Pramoedya Ananta Toer, orang yang dikagumi banyak anak muda ingusan sebagai sastrawan terhebat sedunia akhirat, juga melakukan pemberangusan terhadap lawan-lawan politik mereka lewat media-media corong yang dikuasai Pram, seperti Bintang Timur dan Harian Rakyat. Apa yang dilakukan Pram amatlah wajar sebagaimana yang dilakukan Soviet dulu terhadap karya-karya seorang Anarkis terkenal, Leo Tolstoy. Hanya karena berbeda pandangan, sebuah karya dibungkam. Mungkin kalau musik-musik amburadul macam Punk sudah hidup sejak tahun 60n, akan kena juga pemberangusan, kecuali punk-punk yang ikut dengan partai mereka pasti akan diselamatkan meskipun musiknya sama-sama amburadul. 
Emma Goldman, pemikir Anarkis terkenal, mengatakan “saya hanya ingin revolusi yang membolehkan saya tetap menari” 
Emma menolak negara campur tangan soal selera seni seseorang sebagaimana yang terjadi di negara-negara komunis. Emma berkomentar ”Lenin terlalu sibuk berpolitik, makanya dia benci seni” 

4. Bagi Punk, Revolusi Terjadi Spontan, Tanpa Paksaan Partai 
Menjadi seorang komunis berarti menjadi sebuah robot. Mereka terpasung aturan-aturan dan dogma. Bahkan untuk mencapai kemenangan revolusi, mereka menyiapkan langkah-langkah yang amat detail seperti sebuah buku ensiklopedia. Setiap tahapannya harus dijalankan berurutan tak boleh terloncat sesuai titah bos partai. Menurut Punk, revolusi terjadi alamiah. Ketika rakyat mulai merasa tertekan, mereka dengan sendirinya memberontak. Revolusi tidak berjalan melalui paksaan. Apa yang terjadi pada tahun 1926, 1948 dan 1965 adalah revolusi dadakan karena nafsu lebih besar daripada kemampuan. PKI melakukan keteledoran hanya karena tidak ingin dibilang ketinggalan jaman. Sebab pada saat yang bersamaan, Uni Soviet sedang menginvasi Eropa Timur, China menggelar revolusi budaya, Korea Utara menyerbu ke selatan dan berbagai peristiwa ekspansif yang dilakukan partai-partai komunis dunia. PKI tentu tidak ingin melewatkan momen tersebut. 
Tahun 98 itu termasuk revolusi spontan. Meskipun tidak terlihat terlalu spontan, tapi revolusi penggulingan Soeharto dilakukan oleh banyak pihak dari banyak elemen, tidak cuma kaum komunis saja. Sehingga peristiwa 98 tidak bisa diklaim sebagai kemenangan satu pihak, sebagaimana yang biasa dilakukan orang-orang komunis. 

5. Komunis bilang "Punk Sama Terkutuknya Dengan Kapitalisme" 
Tidak mengherankan bila salah satu pejabat PRD pernah mengatakan di depan publik ”Paham Anarkisme sama haramnya dengan kapitalisme” 
Sebagaimana yang dikutip Pamudji, punggawa Punk yang pernah tersesat di PRD. Pamudji mengungkapkan salah satu alasannya keluar dari PRD karena kaum Leninis itu tidak bisa menghargai perbedaan keyakinan. Pam juga menulis kebusukan PRD lewat sebuah pledoi di Zine Mempersenjatai Imajinasi #2. 
Mengapa tidak mengherankan? Karena sejarahnya, komunis selalu mengganyang pihak yang berseberangan dengan mereka. Ketika Bolshevik menang, program pertama yang mereka lakukan adalah menghancurkan Menshevik, oposisi mereka di Partai Sosialis Rusia. Padahal mereka sama-sama meyakini Marx, tapi sikap oposan itu yang tidak disukai Lenin. 
Di Indonesia, PKI dengan suka cita membubarkan Partai Sosialis Indonesia pimpinan Sjahrir hanya karena Sjahrir mempunyai keyakinan sebagai seorang Sosialis-Demokrat. 
Di tahun pergolakan revolusi, akhir 40n, PKI juga menjadi dalang pembunuhan Tan Malaka melalui underbouw-nya Pemuda Sosialis Indonesia (Pesindo) 
Permusuhan dengan Tan Malaka konon terjadi karena perintah langsung dari Moskow. Tan Malaka dibenci karena menolak dominasi Moskow dan lebih menyukai komunisme dengan cita rasa lokal yang sesuai dengan kepribadian rakyat Indonesia, padahal Tan Malaka ini bekas pimpinan komunis wilayah Asia Pasifik. 
Tapi sekali lagi, hanya karena berbeda pendapat, dia kena hajar juga. 

6. Libido Dominasi Komunis Terlalu Tinggi 
Dimanapun seorang komunis berada, dia punya nafsu menguasai. Tak cuma organisasi buruh, mereka juga ingin merebut organisasi apapun dengan segala jabatan di dalamnya. Dimasa jayanya, PKI menguasai organisasi pelajar, mahasiswa, guru, wartawan, petani, nelayan dan juga jabatan-jabatan pemerintahan seperti kepala desa. Jangan pernah heran kalau suatu ketika mereka mengajak membuat front yang terdiri dari beberapa kalangan dengan spektrum ideologi yang luas, mereka pasti berusaha mendominasi dan merebut posisi pimpinan. Mereka hanya berpikir untuk kelompoknya sendiri. Mereka memang tidak benar-benar berniat kerja sama. Dipikirannya hanyalah eksploitasi. Mereka yang katanya “demokratik” aslinya sangat otoriter. Jadi harusnya PRD bernama PRO (Partai Rakyat Otoriter) 
Wajar kalau Budiman bergabung dengan partai yang katanya “demokrasi" padahal aslinya feodal dengan ketua partai yang itu-itu saja dan menganggap bahwa partai punya keluarga mbahnya. 

7. Punk Cinta Damai 
Bergidik bulu kuduk bila mendengar seruan Lenin pada awal revolusi Bolshevik 1917 “Untuk menerapkan komunisme, kita tidak gentar berjalan diatas 30 juta tengkorak sekalipun” 
Atau di lain kesempatan dia berkata ”Tidak jadi soal apabila 3/4 penduduk dunia habis, asalkan 1/4 sisanya adalah komunis” Teringat pula jutaan orang yang telah dipaksa bunuh diri dengan mengirim mereka ke gulag-gulag khayalan Joseph Stalin. 
Apa yang dilakukan Mao di era revoulsi kebudayaan adalah sebuah kegoncangan sosial terbesar sepanjang sejarah. Kira-kira 20 juta orang mati kelaparan karena khayalan Mao. Baik Lenin, Stalin maupun Mao, menjadikan orang-orang yang percaya padanya sebagai tikus percobaan di laboratorium bernama mimpi komunisme. 
Punk tentu menolak tindakan represif seperti itu. Jangankan tindakan represif yang dilakukan negara, bahkan yang dilakukan aparat sekalipun akan ditentangnya, sebab Punk berarti cinta damai. 
Perlu diingat, yang menjadikan Punk berbahaya bukanlah senjata, tapi "MAKNA" 

Oleh : Bang Samosir, bekas budak PRD